Perpustakaan Nasional

Kastara.id, Jakarta – Presiden Joko Widodo mengingatkan tentang masa depan Perpustakaan Nasional, bagaimana bisa meningkatkan minat baca kepada anak-anak, dari satu generasi ke generasi berikutnya yang mempunyai pola pikir dan prilaku jauh berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, dan generasi sekarang.

“Mereka sekarang lebih senang baca tulisan atau berita di smartphone atau tablet. Saya keliling ke kampus-kampus, saya tanya, berapa banyak yang masih baca media cetak, saya cepat memastikan sudah sangat berkurang sekali, karena klik mereka bisa baca berita apa pun, klik mereka bisa melihat streaming, klik bisa lihat video apa pun, sehingga berita apa pun dengan sangat cepat mereka baca,” kata Joko Widodo saat peresmian Gedung Perpustakaan Nasional RI di Jakarta, Kamis (14/9).

Di samping itu, lanjut Presiden, toleransi dan durasi mereka membaca juga sangat pendek. Sekarang rata-rata kalau dalam tiga menit pertama beritanya sudah tidak menarik, baca tidak menarik langsung tidak mau baca sisanya. “Polanya sudah seperti itu, bahkan kalau judulnya sudah tidak menarik, judul itu penting sekali, kalau sudah tidak menarik langsung dilewati,” ujarnya.

Termasuk juga, kalau bukunya susah dicari tentu mereka juga tidak mau baca. “Kecepatan-kecepatan melayani sebuah hal yang sangat penting, karena generasi sekarang, misalnya generasi J sampai Z, itu apa-apa tinggal klik. Mau pesan makanan tinggal klik, pesan barang tinggal klik, mau pesan buku tinggal klik. Semuanya serba digital, itu sudah menjadi bagian hidup mereka,” kata Presiden.

Disebutkan, sekarang sudah eranya terobosan-terobosan digital, distruktif, inovation, sudah banyak terjadi di berbagai bidang. Semua hal bergerak, berkembang dengan cara yang tidak diduga. Inovasinya cepat sekali. “Kalau kita tidak ikut berubah, kita tidak cepat melakukan revolusi digital, akan tertinggal, ditinggal sudah. Tadi saya senang sekali, Perpustakaan Nasional sekarang sudah mulai mengembangkan serba digital, serba elektronik, tadi saya diberitahu akan ada e-resources, e-book, e-journal, dan macam-macam elektronik yang lainnya,” ujar Presiden.

Gedung Perpustakaan Nasional tersebut berdiri di atas lahan seluas 11.975 meter persegi dengan luas bangunan 50.917 meter persegi bangunan setinggi 126,3 meter dengan 24 lantai dan tiga basement diklaim sebagai gedung perpustakaan tertinggi di dunia.

Fasilitas layanan dirancang dengan konsep green building dengan indeks konsumsi energi (IKE) 150 kwh/mm2 per tahun yang hampir sama dengan gedung-gedung di Singapura dan Malaysia. Pembangunan gedung fasilitas layanan tersebut menggunakan anggaran multi years (2013-2016) yang menelan biaya Rp 465.207.300.000.

Bangunan perspustakaan yang tinggi dengan rupa persegi seperti jendela mengartikan perpustakaan adalah Jendela Dunia (The Window of The World). Perpustakaan yang menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Perpustakaan yang menjadi sentra aktivitas edukatif, rekreatif, dan kultur. Gedung fasilitas layanan ini dilengkapi dengan teknologi kabel jaringan data kategori 7 (CAT-7), dan perangkat jaringan aktif yang mampu mentransfer data sampai dengan 100 Gbps. (nad)