Commuter Line

Kastara.ID, Jakarta – Studi baru Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menyebutkan bahwa menjaga jarak sosial menjadi salah satu cara terbaik untuk menghindari virus corona (Covid-19). Selain itu, upaya lainnya adalah menghindari penggunaan transportasi umum.

Peneliti mensurvei sampel acak lebih dari 1.000 orang di Maryland pada akhir Juni. Beberapa pertanyaan yang diberikan di antaranya adalah apakah tentang praktik jarak sosial, penggunaan transportasi umum, dan perilaku, serta sejarah terkait virus corona.

Mereka mengungkap yang sering menggunakan transportasi umum empat kali lebih mungkin melaporkan riwayat dites positif Covid-19. Sementara yang mempraktikkan jarak sosial luar ruangan ketat hanya sepersepuluh melaporkan positif.

Selain itu, riwayat infeksi enam belas kali lebih tinggi di antara mereka yang melaporkan pernah mengunjungi tempat ibadah tiga kali atau lebih dalam dua minggu sebelumnya. Jumlah ini dibandingkan dengan mereka yang melaporkan tidak melakukan kunjungan.

Seperti dilansir National Interest, Senin (14/9), hasil penelitian menunjukkan 5,3 persen responden pernah dites positif Covid-19. Sementara 1,7 persen dilaporkan positif terinfeksi virus corona dalam waktu dua minggu sebelum survei.

“Temuan kami mendukung gagasan bahwa jika Anda pergi keluar, Anda harus mempraktikkan jarak sosial sejauh mungkin karena tampaknya sangat terkait dengan kemungkinan yang lebih rendah untuk terinfeksi,” jelas Sunil Solomon, profesor di Fakultas Kedokteran Johns Hopkins.

Solomon mengatakan, studi tersebut relatif mudah dilakukan. Karena itu, penelitian tersebut berpotensi menjadi alat berguna untuk mengidentifikasi tempat atau subkelompok populasi dengan kerentanan yang lebih tinggi.

Penelitian juga mengungkapkan, adopsi yang lebih besar dari praktek jarak sosial di antara kelompok berisiko tinggi. Lebih dari 80 persen responden berusia 65 tahun ke atas melaporkan bahwa mereka selalu menjaga jarak sosial. Sementara 58 persen yang berusia 18 hingga 24 tahun melakukan hal yang sama.

Hasilnya sejalan dengan pesan kesehatan masyarakat umum yang menggembar-gemborkan manfaat keselamatan dari pemakaian masker, jarak sosial, dan membatasi perjalanan.

Tanpa vaksin yang layak untuk digunakan, para pejabat dan ahli medis mengandalkan langkah-langkah sederhana ini untuk membatasi penyebaran virus corona jenis baru lebih lanjut.

“Jadi, ini menunjukkan kemungkinan menggunakan survei cepat dan murah ini untuk memprediksi di mana wabah akan terjadi berdasarkan perilaku, dan kemudian memobilisasi sumber daya kesehatan masyarakat yang sesuai,” tukasnya. (ant)