Kasan

Kastara.ID, Jakarta – Program pendampingan eksportir (Export Coaching Program) yang diadakan Kementerian Perdagangan berhasil membawa pelaku usaha asal Jawa Timur melakukan ekspor perdana secara mandiri di tengah kondisi ketidakpastian global akibat pandemi Covid-19. Pelaku usaha tersebut yaitu PT Demapra Mega Perkasa yang mengekspor produk kopi Arabika sebanyak satu kontainer senilai USD 106 ribu ke Amerika Serikat dan CV Hortindo Agrokencana dengan produk ubi beku senilai USD 35 ribu ke Jepang.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, capaian ini merupakan hasil menggembirakan dari partisipasi keduanya pada program pendampingan ekspor yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan melalui Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI), Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur.

“Keberhasilan ini merupakan hasil dari komitmen kuat serta kerja keras pelaku usaha. Prestasi ini diharapkan dapat memotivasi pelaku usaha Indonesia lainnya untuk memperluas jangkauan produknya ke pasar global,” kata Mendag.

Sementara itu Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan menyampaikan, program pendampingan ekspor merupakan kegiatan pembinaan UKM selama setahun. Program ini dikhususkan bagi para pelaku usaha yang telah mendaftarkan diri dan memperoleh rekomendasi dari dinas yang membidangi urusan perdagangan di masing-masing daerah. Para peserta memperoleh pengetahuan ekspor secara komprehensif dan memiliki kesempatan menjalin jaringan dalam perdagangan internasional. Program pendampingan eksportir ini sendiri telah berlangsung sejak tahun 2010.

“Pada program tersebut, pelaku usaha mendapat bimbingan mengenai tata cara ekspor dan informasi mengenai negara tujuan ekspor. Di samping itu, para peserta dapat membuka peluang di negara tujuan ekspor didampingi praktisi pelaku ekspor,” ujar Kasan.

Kepala Balai Besar BBPPEI Noviani Vrisvintati menjelaskan, program pendampingan ekspor untuk wilayah Jawa Timur saat ini sudah memasuki tahap keempat yaitu pendampingan produk, dari delapan tahapan yang direncanakan. Fasilitator BBPPEI dan tim dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur terus memberikan pendampingan kepada para peserta untuk peningkatan kualitas produk; perbaikan manajemen produksi, daya saing produk, desain dan kemasan produk untuk tujuan ekspor; serta pengembangan tim ekspornya.

“BBPPEI akan terus mendampingi, membantu, mendorong, dan memberikan fasilitasi kepada para pelaku usaha potensial ekspor guna peningkatan kesiapan ekspor dan pencapaian transaksi ekspor. Hal ini diharapkan dapat mendukung peningkatan ekspor nasional,” ungkap Noviani.

Noviani juga berharap, melalui berbagai tahapan dalam program pendampingan ekspor ini, pelaku usaha yang menjadi peserta diharapkan mampu berkembang dan melakukan ekspor secara mandiri tanpa melalui perantara atau trader.

“Pelaku usaha diharapkan dapat mengetahui prosedur, ketentuan, dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk ekspor yang berlaku di dalam negeri maupun di negara tujuan ekspor. Selain itu, mampu melakukan riset pasar ekspor dan mencari calon mitra potensial melalui internet maupun informasi dari perwakilan perdagangan,” tutupnya.

Selain pendampingan, BBPPEI juga melaksanakan berbagai kegiatan secara virtual seperti seminar web ekspor untuk menyiasati keterbatasan pertemuan secara fisik akibat pandemi Covid-19. Penyelenggaraan kegiatan ini bekerja sama dengan perwakilan perdagangan di luar negeri di berbagai negara dengan mengikutsertakan para peserta program pendampingan ekspor.

BBPPEI juga merekomendasikan para pelaku usaha peserta pendampingan untuk mengikuti sejumlah kegiatan penjajakan kerja sama dagang (business matching) secara virtual yang diselenggarakan oleh perwakilan perdagangan dengan calon mitra potensial di negara tujuan ekspor. (mar)