Faisal Basri

Kastara.ID, Jakarta – Pengamat ekonomi Faisal Basri menyatakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah banyak membuang anggaran untuk sejumlah proyek infrastruktur. Faisal menyebut sejumlah proyek tersebut akhirnya hanya mubazir. Hal itu disampaikan Faisal saat mengikuti sebuah dialog virtual (13/10).

Faisal mencontohkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang menurutnya sudah tidak karu-karuan. Tadinya proyek yang dibagun bersama perusahaan asal China itu menggunakan skema business to business atau B to B. Artinya pemerintah tidak akan memberikan sokongan dana. Bahkan Presiden Jokowi menjanjikan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tidak sepeser pun menggunakan uang rakyat.

Namun belakangan, Jokowi merestui proyek prestisius itu memakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal itu setelah Jokowi meneken Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2021 pada Rabu (6/10).

Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) menjelaskan, sejak awal proyek kereta cepat sudah ditolak saat rapat koordinasi pada tingkat pemerintah. Saat itu Bappenas menyewa konsultan independen, Boston Consulting Group untuk melakukam kajian.

Konsulatan tersebut menurut Faisal bekerja selama dua pekan dengan bayaran 150 ribu dolar AS. Hasilnya menyatakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tidak layak diteruskan. Proposal proyek tersebut ditolak.

Namun, lanjut Faisal, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat itu, Rini Soemarno tetap ngotot meneruskan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Akibatnya, saat ini rakyat yang harus menjadi korbannya lantaran proyek tersebut dibiayai dengan APBN yang tak lain adalah uang rakyat.

Mantan politisi PAN ini mengaku pesimis Kereta Cepat Jakarta-Bandung bakal mendapat untung. Bahkan untuk balik modal pun menurut Faisal, sampai kiamat tidak bakal tercapai. Padahal diperkirakan tarif menggunakan kereta tersebut bakal mahal, bisa mencapai Rp 400 ribu sekali jalan.

Beberapa proyek lain yang juga mubazir adalah Bandara Kertajati di Majelengka, Jawa Barat dan LRT di Palembang, Sumatera Selatan. Kedua proyek tersebut menurut Faisal hanya sebagai penghamburan uang negara karena tidak ada manfaatnya.

Sambil berseloroh, Faisal menyarankan Bandara Kertajati sebaiknya dijadikan gudang ternak saja.

Faisal juga menyinggung pembangunan pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Faisal menilai pembangunan pelabuhan ini mubazir karena lokasinya yang tak jauh dari Pelabuhan Belawan. (ant)