Kastara.id, Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI), Perkumpulan Lembaga Dakwah dan Pendidikan Islam Indonesia (Puldapii), dan Perhimpunan Al Irysah menggelar seminar internasional Save Rohingya.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional KH Muhyiddin Junaidi menyatakan, seminar yang mengangkat tema “Solusi Komprehensif Atas Tragedi Kemanusiaan di Myanmar” ini bertujuan menumbuhkan kesadaran orang-orang di Indonesia.

Secara moral Indonesia memiliki kewajiban membantu warga Rohingya di Myanmar, terutama sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dunia. “Kita sudah bantu saudara-saudara di Palestina, itu terus kita lakukan, sekarang sudah saatnya Indonesia sebagai founding fathers ASEAN membantu Muslim di Myanmar,” kata Muhyiddin di Jakarta, Rabu (14/12).

Menurut Muhyidin, MUI sudah mengirimkan surat ke perwakilan PBB di Jakarta, bertemu Presiden Joko Widodo, serta menyampaikan petisi ke Menlu Retno Marsudi. “Tapi, secara bersamaan Indonesia tetap menghargai Protokol ASEAN yang melarang adanya intervensi kepada urusan internal masing-masing negara ASEAN,” ujar Muhyiddin.

Muhyidin menjelaskan, umat Islam di Indonesia ikut bangga dengan masyarakat Malaysia yang berani turun ke jalan dan berunjuk rasa meminta perlindungan kepada warga Rohingya. Namun, Muhyiddin dengan tegas menyebut Indonesia memiliki cara tersendiri dan memilih tidak menggunakan megaphone policy, menjauhkan diri dari promosi milenia.

Usaha Indonesia sendiri sudah bisa mencapai kemajuan yang cukup terasa, diundangnya Menlu Retno Marsudi untuk bertemu Aung San Suu Kyi. “Itu pula yang menjadi langkah terang dibukanya pintu Myanmar untuk masuk bantuan-bantuan kemanusiaan kepada Rohingya, terutama bagi anak-anak dan wanita,” kata Muhyidin.

Muhyidin juga berharap agar semua usaha bisa didengar pemerintah Myanmar, mengetuk hati nurani pengambil keputusan di Myanmar agar mengakui umat Islam di Myanmar. (raf)