Kamus Besar

Oleh: Jaya Suprana

KATA ulang dalam bahasa Indonesia memiliki keajaiban tersendiri. Jika pada lazimnya kata ulang bermakna plural seperti kata-kata, anak-anak, orang-orang, raja-raja, maka ada kata-ulang yang berubah makna menjadi sama sekali beda makna dengan kata-dasar yang diulang.

Sim Salabim
Kata dasar jangan yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kata yang menyatakan melarang, berarti tidak boleh; hendaknya tidak usah, ternyata apabila diulang menjadi jangan-jangan langsung sim salabim mendadak berubah makna menjadi barangkali atau mungkin.

Kata dasar mata yang menurut KBBI bermakna indra untuk melihat; indra penglihat; sesuatu yang menyerupai mata (seperti lubang kecil, jala); bagian yang tajam pada alat pemotong (pada pisau, kapak, dan sebagainya); sela antara dua baris (pada mistar, derajat, dan sebagainya); tempat tumbuh tunas (pada dahan, ubi, dan sebagainya); sesuatu yang menjadi pusat; yang di tengah-tengah benar; yang terpenting (sumbu, pokok, dan sebagainya) apabila diulang menjadi mata-mata, langsung abra-ka-dabra berubah makna menjadi orang yang ditugasi menyelidiki secara diam-diam; agen rahasia; spion; penyusup ke pihak musuh.

Beda
Kata ulang pura-pura yang bermakna sikap yang tidak sesungguhnya sama sekali tidak memiliki keterkaitan makna dengan kata-dasar pura yang bermakna bangunan religius seperti Pura Besakih.

Demikian pula kata ulang laba-laba yang bermakna satwa berkaki delapan yang piawai merajut sarang dengan zat benang yang berasal dari dalam tubuhnya sama sekali tidak ada kaitan dengan kata-dasar laba sebagai lawan kata rugi. 

Sementara kata-dasar bukan sama sekali bukan padanan kata-ulang bukan-bukan sebagai lawan kata jangan-jangan, yaitu mustahil alias tidak mungkin.

Kata dasar tiba yang bermakna datang apabila diulang menjadi tiba-tiba bukan bermakna datang berulang kali, namun bukan sulap bukan sihir langsung berubah makna menjadi secara mendadak, sekonyong-konyong.

Sementara kata-ulang gara-gara yang bermakna sebab; berkat; lantaran (sesuatu yang menjadi penyeba); pertanda sama sekali tidak memiliki keterkaitan makna dengan kata-dasar gara, yang malah sama sekali tidak bermakna apapun kecuali jika diselipi kata ha menjadi gahara, yang menurut KBBI bermakna keturunan raja yang tulen atau ayah-ibunya anak raja-raja. (*)

* Pembelajar keajaiban bahasa