Santripreuneur

Kastara.ID, Jakarta – Pondok pesantren mempunyai potensi besar dalam mendorong pertumbuhan wirausaha industri baru di Indonesia. Kementerian Perindustrian meyakini, selain didukung jumlah santri yang besar, pondok pesantren juga telah memberikan bekal bagi kepribadian para santri sehingga memiliki jiwa dan mental yang tangguh.

“Kami optimis akan tumbuh pelaku industri kecil dan menengah (IKM) dari lingkungan ponpes. Untuk itu, kami terus melakukan pembinaan dan pelatihan kepada para santri agar bisa berindustri sebagai bagian dari pelaksanaan program Santripreneur,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menegah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Sabtu (16/2).

Menurut Gati, program Santripreneur bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para santri dalam menekuni wirausaha yang lebih inovatif dan berdaya saing. Langkah strategis ini diakukan dengan pemanfaatan teknologi digital yang sedang berkembang seiring penerapan industri 4.0.

“Jadi, mereka tidak hanya mampu memproduksi barang yang bagus, tetapi juga Santripreneur yang modern,”ujarnya. Salah satu implementasi proyek percontohan pada program ini, dilaksanakan di Ponpes Ushuluddin, Desa Belambangan, Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.

Kegiatan yang digelar pada 14 Februari 2019 tersebut, Kemenperin memfasilitasi loka karya tentang cara pemasaran digital yang diikuti sebanyak 400 santri. “Kegiatan workshop di bidang e-commerce ini melatih dan membina para kepala produksi dan santri yang terlibat dalam produksi di masing-masing unit usaha yang sudah ada di ponpes,” tutur Gati.

Menurutnya, melalui penyelenggaraan acara tersebut, diharapkan dapat meningkatkan jangkauan akses yang luas untuk pemasaran produk-produk IKM milik Ponpes Terpadu Ushuluddin. Pasalnya, tidak hanya memberikan keterampilan teknis berproduksi yang baik, tetapi mereka juga mendapat fasilitas akses pemasaran utamanya melalui online atau dunia digital sesuai program e-Smart IKM.

Gati menyebutkan, selama tahun 2013-2018, Kemenperin telah membina sebanyak 20 pondok pesantren dengan lebih dari 3000 santri yang menjadi peserta.

“Cakupan ruang lingkup pembinaan kami, di antaranya adalah pelatihan produksi serta bantuan mesin dan peralatan di bidang olahan pangan dan minuman seperti roti dan kopi, perbengkelan roda dua, kerajinan boneka dan kain perca, konveksi busana muslim dan seragam, serta daur ulang sampah dan produksi pupuk organik cair,” ungkapnya.

Upaya konkret tersebut guna mendukung target penumbuhan sebanyak 20.000 wirausaha industri pada tahun ini, selain melalui pelaksanaan program e-Smart IKM dan bimbingan teknis yang digelar di seluruh wilayah Indonesia. “Kami menggelar berbagai bimtek guna menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional sesuai kebutuhan industri dalam mendukung kemandirian ekonomi nasional,” katanya.

Gati menambahkan, agar produk-produk IKM di ponpes mampu bersaing di pasar, perlu didukung dengan kemasan yang baik dan menarik serta perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) khususnya merek. “Untuk itu, kami juga akan memberikan bantuan desain kemasan kepada ponpes, yang akan difasilitasi melalui Klinik Pengembangan Desain dan Merek Ditjen IKMA serta fasilitasi pendaftaran merek melalui Klinik HKI Ditjen IKMA,” paparnya.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, pihaknya aktif dan gencar melakukan berbagai pelatihan dan pembinaan untuk mendorong penumbuhan wirausaha industri baru di lingkungan ponpes melalui program Santripreneur. Upaya pemberdayaan para santri tersebut, diyakini mampu meningkatkan produktivitas masyarakat sehingga turut memacu perekonomian nasional.

“Dengan program Santripreneur ini, kami akan mendorong para santri, khususnya generasi milenial untuk bisa berindustri dan berkreasi dengan berbagai program pelatihan yang mereka dapatkan,” tegasnya. Langkah strategis ini sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0 dan mengambil momentum dari bonus demografi.

Ketua Pondok Pesantren Terpadu Ushuluddin KH Ahmad Rafiq Udin menyambut baik pelaksanaan program Santripreneur, fasilitasi desain merek dan kemasan serta fasilitasi HKI yang diinisiasi oleh Kemenperin. Sebab dapat menambah kegiatan positif bagi para santri di lingkungan ponpes. Selain itu, melalui unit usaha yang telah dimiliki, para santi ikut berperan menumbuhkan perekonomian daerah setempat seperti penyerapan tenaga kerjadan berguna bagi masyarakat lingkungan sekitar.

“Kami telah memiliki beberapa produk yang mampu dijual di masyarakat sekitar seperti produk sabun cuci piring merek Suntree,” ucapnya. Ponpes Ushuluddin yang mempunyai jumlah 673 santri ini telah berdiri beberapa kegiatan usaha lain, yaitu konveksi (busana muslim dan seragam), kuliner (Saung Pontren), minimarket danbudidaya ikan lele.

“Kami pun yakin, produksi dari para santri kami dapat berkembang berkat dukungan dari Kemenperin dalam upayamenjaga keberlangsungan unit usaha yang ada,” terangnya. Ponpes terpadu yang berdiri sejak tahun 2001 ini memliki sejumlah unit pendidikan, antara lain Taman Kanak-kanak Harapan, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. (mar)