Cukil Kayu

Kastara.id, Jakarta – Seni cukil kayu sebagai sebuah karya seni atau kreativitas mungkin belum banyak yang mendengar atau mengetahuinya. Namun buat Udin, lelaki berusia tiga puluh tahunan yang mencetuskan ide ini tetap meyakini apa yang dikerjakan adalah sebuah hasil karya seni.

Bila dilihat sekilas yang dihasilkan lelaki asal Tegal, Jawa Tengah ini, karyanya lebih menyerupai seni ukir atau pahat. Udin menggunakan bahan kayu sebagai media serta berbagai jenis pisau pahat yang dibuat sendiri walau jenis pisau ini sudah banyak dijual di toko buku atau di galeri seni.

Salah satu yang membedakan adalah jenis kayu dan hasil dari ukiran yang dibuat. Jika seni ukir menggunakan kayu dari batang pohon, sedangkan seni cukil menggunakan hard board atau kayu MDF yang tidak terlalu keras atau mudah saat dicukil.

Mengapa harus menggunakan jenis kayu ini? Ternyata selain teksturnya lembut dan mudah dicukil, bahannya terbuat dari serbuk kayu yang sudah di-press dan dapat menyerap bahan cair seperti cat offset atau tinta sablon yang berbasis minyak. Sementara hasil cukilan yang berupa gambar digunakan sebagai master manual untuk menyablon.

Seni cukil ini terbagi dalam dua proses. Yang pertama adalah yang paling sulit karena setelah membuat gambar di papan MDF, lalu dilanjutkan dengan mengukir atau mencukil bagian bagian dari dari gambar tersebut. Hasilnya akan menjadi beberapa guratan yang membentuk sebuah tulisan atau gambar yang bisa dibuat untuk pajangan atau hiasan dinding.

Namun Udin menggunakan hasil karyanya itu dijadikan master untuk menyablon dengan terlebih dahulu melumuri cat offset atau tinta sablon. Kemudian ditempelkan pada permukaan atau media yang sudah disiapkan seperti kaos yang kemudian ditekan hingga muncul gambar yang diinginkan sekaligus sebagai proses seni yang kedua.

“Kalo dalam seni rupa kreativitas, ini dikatakan seni murni karena merupakan seni cetak tinggi. Hanya bagian tertingginya yang tercetak, mungkin lebih mudahnya seperti membuat stempel yang muncul adalah bagian gambar yang terkena tintanya saja,” jelas Udin saat ditemui di booth-nya dalam gelaran Jakarta Motorage pekan lalu.

Saat ditanya mengenai harga, Udin hanya mengatakan bahwa soal harga tergantung dari tingkat kesulitan gambar yang dipesan. Menurutnya, pekerjaan yang paling membutuhkan waktu adalah membuat gambar dan mencukilnya. Sementara proses penyablonan bisa dilakukan dengan cepat asal sudah sesuai dengan keinginan pemesan.

Usaha ini sudah dijalani Udin selama 5 tahun dengan konsisten dan terus berkembang walau perlahan. Untuk menghadapi perkembangan digital yang terus mendunia, pria yang tidak memiliki keahlian dasar seni ini menyikapinya dengan cara membuka Galery Art Cukil di rumah tinggalnya.

Melalui galerinya di Jalan WR Supratman, Rengas, Pondok Ranji, Tangerang Selatan, semua yang datang bisa belajar sambil berkreasi sampai bisa atau bisa dipanggil ke rumah melalui dengan menghubunginya di nomor 0896-2872-7236. (*)

Reporter/Foto: Koes Biantoro/Kastara.ID
Editor: Dwi