Jaringan Indonesia Positif (JIP)

Kastara.ID, Depok – Ketua Dewan Jaringan Indonesia Positif (JIP) Yudi Syahendra menilai Nol diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) masih menjadi tantangan untuk diwujudkan karena masih sering terjadi diskriminasi terhadap mereka.

“Diskriminasi tidak akan hilang tanpa peran aktif dan tindakan dari semua orang untuk mengakhirinya,” kata Yudi di Depok (17/2).

Ia mengatakan, seharusnya semuanya bergerak mulai dari tokoh agama, pemerintah, dan komunitas. Tidak kalah penting juga media untuk memberikan pemahaman tentang HIV/AIDS yang benar kepada masyarakat.

Diskriminasi terjadi terhadap 14 anak dengan HIV/AIDS atau ADHA yang tinggal di Yayasan Lentera ditolak untuk bersekolah di SDN Purwotomo, Solo, seiring dengan penolakan yang dilakukan oleh orang tua siswa lain.

Sebelumnya diskriminasi juga terjadi ketika lima anak yang positif HIV di Samosir, Medan, Sumatera Utara, juga tidak diperkenankan bersekolah seperti anak-anak lainnya oleh masyarakat sekitar. Namun ia mengakui diskriminasi terhadap ODHA ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga terjadi di negara-negara Eropa maupun Amerika Serikat.

Yudi Syahendra yang biasa disapa Yudi Kotek mengatakan, Nol Diskriminasi menyoroti mengenai mengenai hak setiap orang bebas dari diskriminasi. Persolan diskriminasi yang terjadi justru kemudian melemahkan berbagai upaya penanggulangan HIV yang sudah dilakukan saat ini.

Dunia global telah memiliki strategi “fast track” untuk mengakhiri epidemi AIDS pada 2030, yang terdapat tiga tujuan besar yang ingin dicapai sebagai pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS adalah untuk mewujudkan target Three Zero yaitu tidak ada lagi penularan HIV.

Sedangkan kedua, tidak ada lagi kematian akibat AIDS, dan ketiga, tidak ada lagi stigma dan diskriminasi baik pada ODHA, populasi kunci maupun rentan.

Sementara itu Focal Point JIP Depok Dimas Prasetyo mengatakan, dalam sebuah survei terhadap 19 negara, seperempat dari orang yang hidup dengan HIV dilaporkan mengalami beberapa bentuk diskriminasi dalam perawatan kesehatan.

“Diskriminasi sering terjadi karena didasarkan pada informasi yang salah atau takut karena ketidaktahuan. Untuk mengakhiri diskriminasi,” paparnya. (rud)