Kastara.ID, Jakarta — Belakangan ini marak terjadi aksi kekerasan dan kriminalitas di mana anak di bawah umur menjadi pelakunya. Bahkan yang membuat prihatin beberapa aksi kekerasan dan kriminalitas ini korbannya adalah anak-anak juga. Seperti yang terjadi baru-baru ini, seorang pelajar meninggal akibat disabet pedang di Simpang Pomad, Kota Bogor, di mana pelakunya juga pelajar. Situasi ini menjadi peringatan dan persoalan serius karena menandakan saat ini sedang terjadi situasi dan kondisi yang kurang kondusif bagi tumbuh kembang anak-anak.

Anggota DPD RI yang juga Aktivis Perlindungan Anak Fahira Idris mengungkapkan, banyak faktor yang membuat anak menjadi pelaku kekerasan bahkan menjadi pelaku kejahatan atau kriminalitas. Bukan hanya faktor internal, terutama pola asuh keluarga, tetapi juga faktor eksternal yaitu lingkungan pergaulan anak yang menjadikan kekerasan sebagai kulturnya.

Faktor lain yang juga harus mendapat perhatian adalah masih adanya celah yang memungkinkan anak-anak masih bisa mendapatkan dan mengonsumsi miras dan narkoba. Situasi ini signifikan mendorong anak sebagai pelaku kekerasan dan kriminalitas. Keterbatasan ruang berkreasi untuk menampung energi dan kreativitas anak dan remaja juga bisa menjadi faktor. Semua faktor ini semakin kompleks akibat kemajuan teknologi informasi yang membuat anak-anak begitu mudah menyaksikan berbagai tayangan kekerasan.

“Jadi faktornya (anak menjadi pelaku kekerasan dan kriminalitas) bukan hanya banyak tetapi juga kompleks dan saling terkait. Maraknya anak jadi pelaku kekerasan dan kriminalitas menjadi persoalan serius yang harus diurai dengan strategi komprehensif dan eksekusi yang tepat. Saya meminta kementerian terkait dan para kepala daerah mulai mencermati berbagai kejadian kekerasan dan kriminalitas yang dilakukan anak dan menjadikannya sebagai prioritas untuk segera ditanggulangi,” ujar Fahira Idris dalam keterangannya kepada Kastara.ID (17/3).

Menurut Fahira Idris, akan menjadi sebuah kerugian besar tidak hanya bagi anak, keluarga, dan masyarakat tetapi juga bagi sebuah bangsa jika ditemukan banyak anak-anak yang terjebak di dalam situasi dan kondisi lingkaran kekerasan baik sebagai pelaku maupun korban. Lingkaran kekerasan yang dialami anak harus segera diputus sehingga di manapun anak-anak berada bisa menikmati tumbuh kembangnya.

“Tantangan besar kita saat ini dan ke depan adalah memutuskan lingkaran kekerasan di mana anak sebagai pelaku dan menjadi korban kekerasan. Anak yang menjadi pelaku kekerasan dan kriminalitas sudah pasti akan berkonflik dengan hukum sehingga pasti akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang dan masa depannya. Sementara anak yang menjadi korban kekerasan juga berpotensi menurunkan kualitas hidupnya akibat dampak kekerasan yang dialaminya bukan hanya fisik tetapi juga jiwa hingga anak dewasa,” tandas Fahira. (dwi)