Secapa AD

Oleh: Tony Rosyid

ISU haji mereda, eskalasi pandemi naik. Setelah covid serang Jogja, Jawa Tengah, lalu Jawa Barat, kini giliran ibukota.

Semua sesuai prediksi. Pasca mudik dan arus balik, kasus pandemi akan naik. Terutama di ibukota. Dari daerah, tumpah di Jakarta. Belum dari daerah penyangga. Eskalasi ini gampang dibaca.

Mungkin karena prokes yang terabaikan, petugas yang lalai, masyarakat yang terlalu eforia, atau banyak faktor lainnya.

Gak usah saling menyalahkan. Mari kita hadapi fakta. Ada data di depan mata bahwa setiap hari ada kenaikan terinfeksi covid di seluruh wilayah Jawa, termasuk Ibukota.

Satu sisi, masyarakat sudah jenuh dibatasi. Resesi ekonomi sangat terasa dampaknya. Tapi pandemi berlanjut, bahkan makin ngeri.

Bed Occupancy Ratio (BOR) di wisma atlet mencapai 83,8 persen. Di Semarang, sejumlah rumah sakit dan tempat karantina bahkan telah penuh. Full 100 persen. Tak mampu menampung lagi. Tutup!

Presiden panggil Gubernur DKI, juga Wagub. Urusannya adalah pandemi. Bukan urusan politik, apalagi terkait pilpres 2024.

Saat ini, yang dibutuhkan adalah sinergi dan kolaborasi. Mesti semua pihak. Khususnya pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Apalagi, kasus di ibukota, tempat di mana istana dan gubernur berada. Dan 60 persen lebih ekonomi berputar di sini. Jakarta lumpuh, ekonomi nasional juga akan ikut lumpuh. Di sinilah presiden dan gubernur bertemu. Bersama-sama hadir untuk mengatasi pandemi.

Ini urusan kesehatan. Ini urusan nyawa rakyat. Ini punya dampak ekonomi yang lumayan hebat.

Sejenak kita turunkan tensi polemik. Sedikit luangkan waktu untuk memperhatikan rumah yang empat orang anggota keluarga mati karena covid. Kabarnya, di salah satu kabupaten ada 250 orang meninggal dunia. Terjadi antrian pemakaman. Ngeri.

Pandemi mesti jadi momentum sinergi dan kolaborasi. Tak peduli anda pendukung siapa. Tak peduli anda ada di partai dan golongan mana. Tak peduli anda ikut ormas apa. Hari ini, ribuan anak bangsa terus berguguran karena pandemi. Tak ada hari tanpa kematian karena covid.

Apalagi, di ibukota pandemi naik eskalasinya. Bayangkan, jika ibukota ditutup, ekonomi collaps. Bukan hanya Jakarta, tapi seluruh Indonesia.

Saatnya menggugah empati kita. Bicara dengan rasa, karena hanya orang yang punya rasa yang bisa merasakan derita mereka yang ditinggal mati satu persatu keluarga tercintanya.

Gubernur DKI diajak bicara khusus oleh presiden. Itu artinya ada tanda bahwa pandemi di Jakarta butuh perhatian bersama. Di sinilah pentingnya menyatukan persepsi. Melibatkan semua elemen bangsa untuk ikut ambil peran. Setidaknya, menyadari fajta yang ada.

Dari sini, yang diperlukan adalah kesadaran. Dan yang terpenting adalah konsistensi terhadap kesadaran itu. Pertama, konsisten dalam kebijakan. Ini kewajiban pemerintah. Kedua, bagi Satgas covid, mesti konsisten menjalankan tugasnya. Tidak boleh kendor. Dan ketiga, untuk rakyat, disiplin prokes harus tetap dijaga.

Kalau tiga hal ini dijalankan secara konsisten, sampai covid betul-betul hilang, maka kasus penyebaran covid akan relatif lebih mudah ditekan dan diatasi. (*)

* Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.