Babad Sri Ratu Lowo

Kastara.id, Jakarta – Kisah Dramatari Babad Sri Ratu Lowo tampil memukau di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah (15/7). Sendratari digelar dalam rangka pergelaran tari daerah dan pengenalan seni budaya Kabupaten Trenggalek, sekaligus halal bihalal IKAT (Ikatan Keluarga Asal Trenggalek) se-Jabodetabek.

Dalam kesempatan tersebut, hadir Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak beserta istri Arumi Bachsin, Kepala Badan Penghubung Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dwi Suyanto, dan Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur Samad Widodo, dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Joko Irianto.

Dalam pergelaran itu, bertindak sebagai Juri Pengamat Suryandoro (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni dan Budaya), Nursilah (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).

Selain drama tari Babad Sri Ratu Lowo, tampil pula tari Bedoyo Mangkubumi dan tari Sradan Suci juga ikut mengisi pentas gelar budaya ini.

Emil Dardak pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada para undangan yang telah berkenan hadir dalam acara tersebut. “Ini merupakan agenda rutin yang merupakan satu wadah untuk mempertemukan kita sebagai warga asli Trenggalek yang berada di perantauan. Untuk saling bersilaturahmi dalam halal bihalal dan pergelaran seni budaya,” ujarnya.

Emil Elestianto Dardak
Emil Elestianto Dardak. (Hero/Kastara.ID)

Dikisahkan di sebuah Desa bernama Terang Ing Galih yang berada di kawasan Selatan, seorang bernama Joko Pangalasan sedang berburu hewan untuk dijadikan makanan. Ketika sedang berburu, Joko Pangalasan melihat hewan aneh berbentuk kelelawar berbulu emas dan bersinar ketika terkena cahaya matahari.

Dengan cepat, Joko Pangalasan menyiapkan busur dan bersiap untuk melepaskan anah panahnya. Namun, seketika kelelawar itu meloncat dan terbang masuk ke dalam goa menghindari panah Joko Pangalasan. Ketika Joko Pangalasan mengejar hendak masuk ke dalam goa, dirinya dihadang oleh prajurit Sri Ratu Lowo sehingga terjadilah pertarungan. Di tengah pertarungan tersebut, tiba-tiba Sri Ratu Lowo berubah menjadi putri yang cantik jelita.

Seketika itu pulang hati Joko Pangalasan terpikat oleh paras cantik putri tersebut. Di Akhir cerita, akhirnya Joko Pangalasan menikah dengan putri cantik yang tak lain adalah Sri Ratu Lowo, dan kemudian bersama-sama menjaga bumi.

Kisah tersebut berhasil disuguhkan dengan apik dan memukau pengunjung di Anjungan Jatim Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pergelaran ini juga jadi ajang halal bihalal IKAT (Ikatan Keluarga Asal Trenggalek) se-Jabodetabek, Dandim 0806 Trenggalek, Kajari Trenggalek, segenap Pimpinan DPD Kabupaten Trenggalek, anggota DPRD Trenggalek, Ketua IKAT Jakarta, Komite Seni Budaya Nasional (KSBN), dan tamu undangan lainnya. Turut hadir pula ratusan keluarga asal Trenggalek yang berada di Jabodetabek.

Babad Alas Ratu Lowo

Sejatinya drama tari berjudul Babad Sri Ratu Lowo merupakan asal-usul salah satu lokasi wisata unggulan di Kabupaten Trenggalek, yaitu Goa Lowo yang merupakan goa terbesar dan terpanjang di Asia Tenggara. “Itu kisah yang lama digali dari peneliti sejarah guo lowo yang fenomenal di Trenggalek,“ jelas Joko Irianto, Kadiss Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Dalam pergelaran tersebut hadir pula Dandim 0806 Trenggalek, Kajari Trenggalek, segenap Pimpinan OPD Kabupaten Trenggalek, anggota DPRD Trenggalek, Ketua IKAT Jakarta, Komite Seni Budaya Nasional (KSBN), dan undangan lainnya, termasuk ratusan keluarga asal Trenggalek yang berada di Jabodetabek. (hero)