Jamiluddin Ritonga: Jokowi Sedang Mengkritik Diri Sendiri

Kastara.ID, Jakarta – Presiden Joko Widodo mengaku sedih budaya santun dan budi pekerti luhur mulai hilang di Indonesia.

Pengakuan itu disampaikannya saat menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI, di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, kemarin.

“Pengakuan Jokowi itu memang ada benarnya. Di media sosial banyak ditemui narasi caci maki dan saling hujat,” ungkap M Jamiluddin Ritonga, Pengamat Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, kepada Kastara.ID, Kamis (17/8) siang.

Menurut Jamil, narasi demikian memang jauh dari kesantunan. Tak terlihat budi pekerti luhur yang menjadi khas Indonesia.

“Lunturnya budaya santun dan budi pekerti luhur itu setidaknya menjadi introspeksi bagi Jokowi. Setidaknya hal itu mengingatkan kepada Jokowi ada program kerjanya yang tidak berhasil,” jelas Jamil.

Revolusi mental menjadi program unggulan Jokowi. Program ini tentunya bertujuan agar anak negeri tetap berbudaya santun dan berbudi pekerti luhur.

Kalau hal itu mulai luntur, lanjutnya, berarti tujuan revolusi mental tidak tercapai. Ini artinya, program revolusi mental gagal.

“Jadi, pengakuan Jokowi budaya santun dan budi pekerti luhur mulai luntur, sama saja itu bagian dari kritik terhadap dirinya sendiri. Jokowi menyampaikan hal itu secara gamblang ke semua anak bangsa,” tandas pengamat yang juga mantam Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.

Karena itu, tugas Jokowi mengembalikan budaya santun dan budi pekerti luhur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Tugas itu setidaknya dengan mewujudkan tujuan revolusi mental,” pungkasnya. (dwi)