Peluru Nyasar

Kastara.id, Jakarta – Anggota Komisi III DPR dari FPKS Aboe Bakar Al-Habsy mensinyalir kasus peluru nyasar di enam ruangan anggota DPR yang terjadi pada Senin (15/10) kemarin adalah dalam upaya pengalihan isu yang saat ini sedang ramai dibicarakan.

“Burung yang kecil namanya emprit… Terbang bebas di atas kota. Peluru nyasar beritanya nge-hit… Ngubur berita banyak bener beritanya,” ujar Al-Habsy berpantun ria mengungkapkan peristiwa peluru nyasar ke gedung DPR dalam Dialektika Demokrasi ‘Tertembak berkali-kali, Gedung DPR masih aman?’ bersama anggota BURT Anton Sihombing di media center DPR, Kamis (18/10).

Menurut politisi PKS ini, banyak berita terkubur karena adanya kasus peluru nyasar ini. Mulai dari lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, kasus Meikarta milik James Riyadi yang diduga melakukan suap, dan berita berat lainnya.

“Ini bukan yang pertama kali kasus peluru nyasar di gedung Nusantara I DPR. Terakhir lima peluru nyasar di enam ruang anggota DPR. Tadi pagi ditemukan lagi satu peluru di ruang anggota Effendy Simbolon,” katanya.

Dari kejadian itu seakan-akan hanya latihan biasa. Tapi bagi politisi peristiwa akan berbeda memandangnya. Sudah banyak analisa, apakah itu senjatanya Glock ataukah apa. Senjatanya juga disebutkan jenis Glock.

“Tapi kita tahu bahwa kemampuan Glock itu pelurunya maksimal yang efektif paling sekitar 50 meteran. Kalau dipakai booster atau dipakai apalagi paling berapa sih kekuatannya?” katanya.

“Saya berharap polisi, Kadiv Humas jangan terlalu cepat-cepat menyimpulkan. Lebih baik dengan analisa balistik yang kuat, baru kesimpulan bahwa patut diduga seperti ini. Tetapi  baru disimpulkan,” jelas Al-Habsy.

Lebih jauh Al Habsy mengatakan lapangan tembak Senayan sudah ada puluhan tahun di situ. Al-Habsy juga mengaku pernah berlatih di situ, jadi tahu bagaimana situasi lapangan dengan tembok penghalang yang tinggi.

“Saya pernah latihan, gak pernah tuh. Saya juga dari bodoh belajar sampai bisa gak pernah loncat seperti itu, dan cakep banget nembak itu. Terus kalau sampai jilbab staf anggota bisa lolos itu kalau kena tengkoraknya bisa seperti bubur itu. Artinya, kekuatannya cukup dalam,” katanya.

Menurutnya, dirinya tidak mau mendramatisir. Silakan polisi melakukan uji balistik. “Tapi kalau melihat beberapa lantai yang kena, gambar sasaran juga sudah saya lihat dan saya juga sudah tanya ke beberapa ahlinya, menyebutkan ini ada peristiwa yang lain. Tetapi biarkan suara Polisi yang resmi yang kita harapkan untuk menjelaskannya,” jelas Al-Habsy.

Baik Al Habsy maupun Anton Sihombing setuju kalau lapangan tembak Senayan itu direlokasi. Selain itu keamanan gedung juga ditingkatkan.

“Gedung DPR itu sama seperti Istana Presiden. Bedanya di sana ada Paspampres. Kalau ini kan gedung milik rakyat. Siapa saja boleh masuk. Tetapi UU No. 2/2002 dan Perpres no. 63/2004 bahwa Objek Vital itu keamanannya itu harus berkualitas dan setara dengan apa yang dikualifikasikan oleh Polisi dan objek vital itu tanggung jawab Polisi keamanannya,” kata Anton. (danu)