Serian Wijatno(antaranews.com)

Oleh: Jaya Suprana

KETIKA menghadiri rapat persiapan penyelenggaraan perayaan Imlek Nasional 2020, saya sebagai anggota generasi lansia yang kerap dicemooh sebagai tua bangka bau tanah sempat ramah disapa seorang tokoh lebih muda usia ketimbang saya. Tokoh tersebut adalah Dr. Haji Serian Wijatno S.E., M.M, M.H. Beliau adalah Wakil Sekretaris Jenderal Yayasan Hasanah Masjid Indonesia sebagai yayasan Dewan Masjid Indonesia, yang diketuai penerima anugerah MURI sebagai Wakil Presiden dua Presiden Republik Indonesia (Presiden SBY dan Presiden Jokowi), yaitu yang terhormat Dr. h.c. Haji Jusuf Kalla.

Fakta
Fakta bahwa Dr. H. Serian sebagai seorang warga Indonesia keturunan Tionghoa, bukan saja menjadi anggota namun bahkan Wakil Sekjen Yayasan Hasanah Masjid Indonesia, sebagai Yayasan Dewan Masjid Indonesia yang diketuai Dr. H. Jusul Kalla, merupakan satu lagi bukti dari sekian banyak bukti tak terbantahkan tentang ketiadaan eksklusivitas peran sosial maupun eksklusivitas agama para warga keturunan.

Sekaligus juga menepis prasangka rasisme pihak tertentu tentang Dr. Haji Jusuf Kalla, yang terbukti dengan tangan terbuka tulus menerima para warga Indonesia tanpa pandang suku dan etnis ke dalam Dewan Masjid Indonesia. Di samping membenarkan fakta bahwa Islam memang terbuka bagi segenap ras, etnis, dan suku di planet bumi ini.

Syukur Alhamdulillah, kembali terbukti bahwa pada hakikatnya tidak ada apa itu yang disebut intoleransi SARA di persada Nusantara tercinta ini. Donald Trump perlu banyak belajar toleransi antar suku, ras dan umat beragama dari bangsa Indonesia.

Cinta Indonesia
Bahwa Dr. Haji Serian Wiyatno ternyata atlet nasional bulutangkis Indonesia, yang pada tahun 80-an abad XX telah ikut berjuang mengharumkan nama bangsa Indonesia, merupakan fakta tak terbantahkan bahwa beliau adalah seorang putra sejati Indonesia yang lebih cinta Tanah Air Udara ketimbang Tanah Leluhur.

Sudah tidak ada lagi alasan bagi siapa pun juga untuk menderita Sinofobia alias curiga bahkan benci terhadap apa saja yang beraroma China.

Telah tiba saatnya bagi bangsa Indonesia untuk berhenti memecah-belah diri, demi bersatu padu dalam kebhinekaan gigih membangun Indonesia menjadi negara gemah ripah loh jinawitata tenteram kerta raharja.

MERDEKA! (*)

* Penulis adalah warga Indonesia keturunan China yang cinta Indonesia.