Duta Transformasi

Kastara.ID, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan pentingnya pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk menginternalisasi visi, misi, norma, dan nilai Kemenkeu dalam setiap sisi kehidupan. Salah satu caranya adalah memahami konteks dan perubahan yang terus terjadi.

Individu dan institusi yang mampu menerapkan konteks pada setiap pekerjaannya secara kolektif akan mampu menjadi negara berpenghasilan tinggi (high-income country). Hal ini disampaikan Menkeu pada acara Workshop Duta Transformasi Kemenkeu dengan tema “Executive Present” di Aula Juanda, Gedung Juanda I Kemenkeu, Jakarta, Selasa (19/3).

“Lebih dari 192 negara semuanya memiliki aspirasi menjadi negara maju high-income country, tidak semua berhasil mencapainya. Yang betul-betul menjadi high-income countries only a few. Anda harus mampu meletakkan dalam konteksnya. Jika kita hanya sekedar bekerja, Anda tidak tahu konteksnya, maka Anda kehilangan the real mission of the institution,” tegas Menkeu di depan para pegawai yang bertugas sebagai Agen Transformasi di lingkungan Kemenkeu.

Salah satu kendala utama bagi negara-negara serta para individu memahami konteks adalah rutinitas pekerjaan yang dilakukan dalam jangka lama tanpa menyadari bahwa lingkungan telah berubah dan tuntutan dan harapan stakeholders semakin tinggi. Jika ini terjadi, maka banyak kesempatan akan hilang dan mengakibatkan suatu negara kalah bersaing dengan negara lain.

The opportunity just gone. Sementara, ada negara lain yang secara meticulously detail (sangat rinci) mereka memikirkan kita sedang apa, what we should do, dan mengasah strategi where we should go from here, mengapa kita harus menuju ke sana. Negara-negara itulah yang disebut a few countries which are successful dalam mencapai growing income countries,” Menkeu mencontohkan.

Salah satu konteks saat ini adalah perubahan yang sangat cepat dan mendasar dari sisi kemajuan teknologi. Negara dan para pihak yang gagal melihat perubahan, memahami, dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi tersebut akan menjadi negara yang stagnan, bahkan mungkin menjadi negara gagal kalah bersaing dengan negara lainnya.

“Lingkungan berubah (misalnya) teknologi. Jadi, perubahan begitu banyak ada wi-fi, computer, handphone, email. You take it for granted. Padahal itu adalah sesuatu yang mengubah kita, institusi kita, ekonomi kita dan bahkan dunia. Apakah kita berubah mengikuti perubahan teknologi? Masyarakat kita tuntutannya juga berubah. Anda (harus) memahami dan belajar,” tutup Menkeu. (mar)