Jamiluddin Ritonga

Kaatara.Id, Jakarta – Wabah pandemi virus Corona (Covid-19) yang baru diketahui melanda Indonesia awal Maret lalu terus menunjukan kenaikan. Belum tampak ada tanda-tanda wabah yang awalnya melanda warga Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China bakal melandai, bahkan hilang dari wilayah Indonesia.

Pengamat komunikasi politik Muhammad Jamiluddin Ritonga menilai, salah satu penyebabnya karena masih banyak anggota masyarakat yang menganggap remeh dan belum patuh menjalankan Protokol Kesehatan.

Menurutnya, masih kerap ditemukan anggota masyarakat yang tidak bermasker atau mengenakan masker tidak benar. Juga masih ditemukan masyarakat yang abai menjaga jarak dan membersihkan tangan. Perilaku seperti itu seharusnya tak dicerca, tetapi justeru diberi edukasi melalui pendekatan komunikasi yang benar.

“Bisa jadi sebagian dari masyarakat tersebut melakukan hal itu karena ketidaktahuannya terkait Protokol Kesehatan.,” kata pria yang akrab disapa Jamil ini ketika bincang-bincang dengan Kastara.ID di Jakarta, Sabtu (18/9) petang.

Karena itu, ungkap pengajar Metode Penelitian Komunikasi, Riset Kehumasan serta Krisis dan Strategi Public Relation itu, Pemerintah sebaiknya mengubah pendekatan komunikasi terkait Protokol Kesehatan. Pendekatan komunikasi top down (atas ke bawah) yang diterapkan selama ini kiranya perlu diubah dengan pendekatan komunikasi lainnya.

Sebab, pendekatan komunikasi top down kemungkinan kurang pas untuk mengubah perilaku tanpa diikuti prasyarat tertentu. Prasyarat dimaksud berupa contoh yang baik dari atasan atau pimpinan terkait pelaksanaan Protokol Kesehatan. “Suka atau tidak, masih ditemukan contoh dari atasan atau pimpinan yang tidak melaksanakan protokol kesehatan,” tandasnya.

“Karena itu, sebaiknya Pemerintah menggunakan pendekatan komunikasi horizontal dalam menyebarluaskan protokol kesehatan,” jelas pengajar di Universitas Esa Unggul Jakarta tersebut.

Melalui pendekatan ini, lanjut Jamil, komunikasi berlangsung dari rakyat dengan rakyat. Misalnya komunikasi RT atau RW dengan warganya. Bisa juga antara kader KB dengan masyarakat.

Komunikasi yang sama juga dapat dilakukan di kelompok atau organisasi atau pemuka pendapat (opinion leader). Komunikasi sesama anggota kelompok atau sesama anggota organisasi atau pemuka pendapat dengan masyatakat, dapat lebih mengena dalam menyadarkan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan

Selain itu, pendekatan komunikasi dari bawah ke atas (bottom up) juga digunakan. Hanya saja, lanjut Bapak dua putra ini, pendekatan ini sebaiknya digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari pelaku komunikasi horizontal. Dengan umpan balik ini, pemerintah akan tahu efektifitas komunikasi horizontal terkait protokol kesehatan. (rar)