Oleh: Jaya Suprana

HARI ini umat manusia diajak menghayati makna adiluhur yang terkandung di dalam kata “pengorbanan”.

Bagi yang berbahasa Indonesia, pengorbanan merupakan kata benda sekaligus kata kerja yang secara sukmawi melekat pada tiga sila Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab seta Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia.

Hakikat pengorbanan bukan untuk dihafal apalagi dipaksakan sebagai slogan politik untuk dihafal tanpa mengerti maknanya namun untuk diwujudkan menjadi sikap dan perilaku nyata pada kenyataan. Justru pada masa pagebluk Corona alih-alih mereda malah makin ganas merajalela mengumbar angkara murka merusak kesehatan bahkan membinasakan manusia, makna pengorbanan makin perlu diejawantahkan menjadi sikap dan perilaku nyata.

Seperti yang telah dilakukan oleh para pejabat negara yang telah terbukti mengikhlaskan diri tidak menerima gaji untuk disumbangsihkan kepada kaum miskin dan papa yang lebih membutuhkannya demi menyambung hidup di masa krisis ekonomi akibat pagebluk Corona.

Atau para anggota DPR yang menolak mobil dinas baru agar anggaran biaya beli mobil dinas para wakil rakyat dapat digunakan untuk membeli mobil ambulans yang secara gawat darurat dibutuhkan untuk mentranspor para pasien Corona ke rumah sakit demi menyelamatkan nyawa mereka.

Atau menyumbangsihkan tabung oksigen yang sedang dibutuhkan masyarakat yang gawat darurat membutuhkan oksigen demi menyelamatkan nyawa dari angkara murka virus Corona. Atau untuk memborong produk yang dijual para pedagang kaki lima sehingga mereka bisa segera pulang ke rumah masing-masing demi melindungi diri dari ancaman virus Corona.

Atau  dipersembahkan ke para pengayuh becak agar tidak perlu membanting tulang serta memeras keringat di luar rumah agar bisa kembali ke dalam rumah nasing-masing dengan catatan para beliau memiliki tempat berteduh. Banyak tukang becak terpaksa menjadikan becak sebagai sumber nafkah sekaligus sebagai rumah mereka.

Para komisaris BUMN yang mengurung diri di dalam rumah masing-masing tetap bisa menerima gaji berlimpah ruah ikhlas mengorbankan gaji demi disumbangsihkan kepada para pekerja yang kehilangan sumber nafkah pada masa krisis ekonomi akibat pagebluk Corona.

Mereka yang akan menyelenggarakan pesta mewah besar-besaran menghadirkan kerumunan juga rela berkorban membatalkan segenap kegiatan pamer kekayaan agar dana yang dihemat dapat disumbangsihkan untuk membeli perlengkapan perlindungan tubuh para naker dan petugas pemakaman yang berada di gugus terdepan medan perang melawan pagebluk Corona. Nilai sumbangsih bukan terkait pada kuantitas namun kualitas makna keikhlasan pengorbanan.

Pada hakikatnya masing-masing insan manusia dapat mengejawantahkan pengorbanan masing-masing dengan cara masing-masing sesuai kemampuan masing-masing untuk membantu sesama manusia meringankan derita masing-masung dalam menempuh perjalanan hidup nan sarat beban kemelut deru campur debu berpercik keringat, air mata, dan darah ini. Allah Yang Maha Kasih senantiasa hadir pada saat manusia mempersembahkan kasih-sayang kepada sesama manusia.

SELAMAT MERAYAKAN HARI RAYA IDUL ADHA. (*)

* Pembelajar Kebudayaan dan Peradaban.