Headline

Heru Mulyadi Hadirkan Karnaval Yang Tidak Biasa

Kastara.id, Jakarta – Ribuan warga, khususnya warga RW 03, Kelurahan Makasar, Jakarta Timur, digerakkan Heru Mulyadi untuk merealisasikan gagasannya, mengarak bendera sang saka merah putih sepanjang 1000 meter lebih. Melibatkan tak kurang dari 1000 pemuda penggiat budaya berpawai mengenakan berbagai kostum para pahlawan bangsa, yang mendapat sambutan antusias dari seluruh warga.

Ribuan warga berjejer sepanjang jalan menanti arak-arakan ribuan warga yang tampil tidak biasa dengan berbagai kostum dan aksesoris sesuai karakternya. Ada pasukan tentara Belanda, pasukan tentara Jepang, pasukan tentara Rakyat, prajurit Keraton Yogyakarta, busana Nusantara (dari Sabang sampai Merauke), serta kostum dan properti lain, yang pernah digunakan dalam sejumlah produksi film Indonesia.

Acara dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke-73 Republik Indonesia ini, juga melibatkan para seniman, budayawan, artis film dan sinetron, tokoh masyarakat, serta para pejabat terkait, antara lain Lurah dan Camat Kelurahan Makasar Jakarta Timur.

Aktris senior Yati Surachman yang ikut mendukung acara ini mengatakan, Heru Mulyadi termasuk seniman dedikatif menekuni bidangnya. Film, kata Yati, adalah karya kolektif. Salah satu unsurnya adalah artistik, tata busana, tata rias, dan properti. Tiga unsur ini membentuk ruang dan waktu yang memperkuat visual; gambar (sinematografi).

“Elemen ini sama pentingnya dengan bidang saya sebagai aktris. Lebih seperempat abad Heru berkiprah secara konsisten di bidang ini. Kita perlu mengapresiasinya,” ujar Yati Surachman, artis yang baru saja kembali dari Korea Selatan, guna menghadiri Independence Movement International Film Festival.

Kostum dan properti film yang diperagakan di acara “Pameran Seni Rupa Film Indonesia — Dalam Rupa yang Tak Biasa” ini, merupakan karya Heru Mulyadi. Kostum-kostum tersebut pernah digunakan dalam produksi film, antara lain di film Kereta Api Terakhir, Roro Mendut, Jaka Sembung, Merebut Angan, Secangkir Kopi Pahit, sinetron Badai Pasti Berlalu, Sirkuit Kemelut, Borobudur, Ronggo Warsito, Lorong Waktu, Ali Topan, Zorro, Pedang Keadilan, Bende Mataram, Lucu Braja Sang Pendekar, Mahapatih Gajahmada, dan karya film lainnya.

Karya artistik film dalam bentuk set-properti, kostum dan lainnya, bagi alumni Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi) Yogyakarta, jurusan penyutradaraan tahun 1982 ini, bukan sekadar produk pendukung visual sinema. Melainkan dapat menjadi literatur dan wacana sejarah budaya bangsa sebagai “teks budaya” atau “dokumen sosial.”

Selama bertahun-tahun secara dedikatif, Heru Mulyadi menyimpan berbagai karya fisik seni rupa film (kostum dan properti) kemudian menjadi koleksi rumah kreasi Gardu Seni, yang didirikannya. Hingga kini koleksi karyanya masih dimanfaatkan untuk mendukung sejumlah produksi film, sinetron, dan berbagai acara variety show di hampir semua stasiun televisi swasta dan TVRI.

Seni film, kata Heru, memerlukan banyak medium untuk menjelaskan kepada masyarakat terhadap apa yang dibayangkannya sebagai sebuah peristiwa. Bahkan untuk membangun imaji sebuah pengalaman yang seolah-olah real time.

“Maka inilah seni rupa film yang kita hadirkan dalam rupa yang tidak biasa. Karya sastra atau keberaksaraan ini diberi sentuhan seni rupa. Selanjutnya melibatkan warga masyarakat menjadi bagian dari upacara dan menjadi momen kebenaran yang nyata pada hari ini,” ujar guru kehidupan alumni Fakultas Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Sosial Universitas Nusa Cendana Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 1978 ini.

Jika lazimnya perayaan akbar dilaksanakan di tempat yang dipandang representatif, Heru Mulyadi, justru memilih lingkungan padat penduduk untuk menggelar repertoar seni ini. Heru beralasan ingin lebih dekat dengan masyarakat di sekitaran rumah tinggalnya yang selama ini banyak memberi inspirasi dan melahirkan berbagai karya in-conventional.

Bagi seniman kelahiran Yogyakarta, 29 Oktober 1958 ini, lingkungan dan masyarakat adalah denyut nadi pemberi energi kehidupan yang tak dapat dipisahkan. “Saya ingin karya-karya saya bisa bersentuhan langsung dan memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” harap Heru yang dalam kesempatan itu juga membacakan sajak sajaknya di acara “Pameran Seni Rupa Film Indonesia — Dalam Rupa yang Tak Biasa.” (hero)

Leave a Comment

Recent Posts

Tradisi Lebaran Depok Banyak Membawa Berkah

Kastara.Id,Depok - Wali Kota Depok Mohammad Idris resmi menutup rangkaian acara Lebaran Depok tahun 2024…

Larangan Investigative Reporting Harus Dilawan

Kastara.ID, Jakarta - Investigative reporting itu dapat mengungkap atau membongkar sesuatu yang ditutup-tutupi. Hal itu…

99 Elemen Masuk Barisan di KBBI Siap Menangkan Imam Budi Hartono di Pilkada Depok

Kastara.Id,Bogor - Puluhan elemen atau relawan warga Kota Depok terhimpun dalam Keluarga Besar Bang Imam…

Selamat Ginting: Salim Said Bagai Kamus Berjalan Soal Politik dan Militer

Kastara.id,Jakarta - Pengamat politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan sosok almarhum Prof…

SIT Darul Abidin Anak Didiknya Menciptakan Permainan Sehingga Otaknya Lebih Sehat

Kastara.Id,Depok - Wakil Walikota Depok Imam Budi Hartono memberikan Sambutan dalam Kegiatan Scratch Day Celebration…

KPU Depok Pastikan Tidak Diikuti Oleh Calon Perseorangan Dalam Pilkada 2024

Kastara.Id,Depok - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat Wili Sumarlin memastikan pemilihan…