Catatan: Gantyo Koespradono

 

JIKA tidak ada perubahan, Selasa (20 September) malam ini, PDIP akan mengumumkan Ahok-Djarot sebagai pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur dalam Pilkada Serentak, Februari 2017 mendatang.

Lho, kok Ahok-Djarot? Ya, sebab Tri Rismaharini yang saat ini masih menjabat sebagai wali kota Surabaya tidak mau dipaksa untuk “direlokasikan” ke Jakarta untuk bertarung melawan Ahok. “Tolong saya jangan dipaksa-paksa ke Jakarta,” kata Risma jika wartawan bertanya “apakah Ibu beresdia dicalonkan menjadi gubernur DKI?”

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno dan para elite politik di partai banteng moncong putih itu tampaknya menyerah. Mereka tentu kecewa, sebab berdasarkan survei yang dilakukan lembaga-lembaga survei – terakhir dilakukan Poltracking – Risma-lah pesaing berat Ahok.

Saat Poltracking bertanya kepada responden (total ada 400 orang): menurut Bapak/Ibu/Saudara, di antara nama di bawah ini, siapakah yang paling berpeluang menjadi penantang berat bagi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang, hasilnya Risma berada di posisi teratas (38,46%)?

Setelah Risma, menempati  posisi kedua: Sandiaga Uno (15,90%). Pesaing berat Ahok berikutnya adalah “pendatang baru” (sengaja dimunculkan Poltracking—mungkin biar ramai): Anies Baswedan (14.82%).

Hasil survei itu tentu mengejutkan para elite politik, sebab Yusril Ihza Mahendra hanya memperoleh 10,77%.

Dinamika politik pun berubah sangat cepat menjelang KPUD Jakarta membuka loket pendaftaran calon gubernur pada Rabu 21 September 2016. Apalagi setelah Poltracking memberikan kesimpulan atas hasil surveinya seperti ini:

  1. Jika Tri Rismaharini maju di Pilkada DKI Jakarta, maka ia berpotensi besar menjadi lawan sangat berat petahana (ahok) bahkan berpotensi besar mengalahkan petahana.
  2. Jika Tri Rismahari tidak maju, maka figur yang potensial menjadi lawan seimbang bagi Ahok ada tiga nama: Sandiaga Uno, Anies Baswedan & Yusril Ihza Mahendra. Jika ketiga nama ini ada yang berpasangan, maka diprediksi akan menjadi lawan berat bagi petahana. Misalnya pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno berimbang dengan elektabilitas petahana.
  3. Salah satu nama yang mengejutkan dalam temuan survei ini adalah figur Anies Baswedan. Pasalnya, meski namanya belum banyak disorot sebagai calon gubernur DKI Jakarta dan belum melakukan kerja-kerja politik seperti kandidat lainnya, elektabilitasnya cukup menjanjikan.
  4. Jika Tri Rismaharini tidak jadi maju di Pilkada DKI Jakarta, maka dua nama yang sangat potensial bisa mengalahkan Ahok yakni: Sandiaga Uno dan Anies Baswedan.

Hasil survei itu pun kontan membuat kubu Gerindra mengganti strategi layaknya pelatih pemain bulutangkis mengubah susunan pemain sebelum bertanding dengan lawan. Celakanya Sandiaga Uno yang selama ini sudah digadang-gadang  sebagai pemain utama (cagub) menjadi pelengkap penderita alias penggembira.

Tersiar kabar, besok Partai Gerindra akan mengusung Anies Baswedan sebagai calon gubernur. Siapa calon wakil gubernurnya? Disebut-sebut  Sandiaga Uno. Maklumlah, ia anak manis yang bisa disuruh ke sana kemari. Disuruh naik Metro Mini oke. Diminta senam pagi bersama emak-emak juga nggak masalah. Disuruh memungut sampah di Bundaran HI, oke. Disuruh mencium tangan para ustad, ya nggak apa-apa karena bakal mendapat berkah. Buat Gerindra yang penting Ahok jangan mulus menjadi gubernur.

Tak sampai hitungan jam, komposisi cagub-cawagub kubu Gerindra berubah.  Kali ini Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) turun tangan. Info yang berkembang, demi asal bukan Ahok,  PBNU memutuskan untuk mendukung Yusril Ihza Mahendra. Muhammadiyah ikut-ikutan. Partai bernuansa agama PPP, PKB dan PAN merapat. Demokrat dan Gerindra juga ber-say hallo. Sandiaga Uno memilih mundur dari posisi cagub dan bersedia menjadi menjadi calon wakil gubernur buat  Yusril. Ini tentu kabar baik buat Yusril yang sudah lama ngarep banget menjadi DKI-1.  PKS pun ikut mendukung Yusril.  Isu yang berkembang Anies juga bergabung  ke kubu Yusril dan bakal diangkat menjadi  jubir Yusril.

Dalam perjubiran, Anies punya pengalaman. Ia pernah menjadi jubir Tim Sukses Jokowi-JK, meskipun jarang nongol di Posko Media Center Jokowi-JK di Jl Cemara, Menteng, Jakarta Pusat. Berutang budi kepada Anies, Presiden Jokowi kemudian menjadikan Anies sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan.

Namun, tak sampai dua tahun, Anies diganti saat Jokowi melakukan reshuffle Kabinet Kerja jilid kedua beberapa bulan lalu. Mengapa Anies diganti? Kabar yang berembus ia kurang cekatan dalam melaksanakan program (penyebarluasan) kartu Indonesia Pintar.

Jika gara-gara itu, Anies tak jadi diusung kubu Gerindra menjadi calon gubernur dan Yusril yang maju, maka inilah untuk kali pertama di Jakarta dalam pilkada mendatang akan terjadi “All Belitung Final.” Ahok dan Yusril sama-sama dari Belitung.[]