Oleh: M. Nigara

“INI kuberikan bunga-bunga cantik ini untukmu anak-anakku,” begitu ucapan ratusan Emak-Emak yang mewakili puluhan ribu peserta aksi Gerakan Kedaulatan Rakyat, di depan Bawaslu, jl. Thamrin, Jakarta, Selasa (21/5) petang.

“Jangan kau sebut kami akan berbuat makar. Jangan kau sebut kami akan melawan pemerintah. Jangan, anakku. Kami, emak-emakmu hanya ingin mencari keadilan, mencari kebenaran. Ya, hanya itu!” kata Emak yang ada di atas mobil komando.

Suaranya lantang, tapi tetap ada getaran kegetiran. Beberapa kali tersendat: “Kami mencari keadilan yang menghilang, kami mencari kebenaran yang juga telah hilang!” katanya lagi.

Ya, ribuan polisi yang didatangkan dari banyak daerah, memang tampak sangat muda-muda. Mereka memang lebih cocok sebagai anak-anak para emak-emak yang ikhlas berpanas-panas, berhaus-haus, dan berlapar-lapar. Emak-emak jumlahnya jauh lebih banyak.

Adu argumen Ustadz Bernard dari atas mobil komando dan pamen Polri yang juga di atas mobil kepolisian menggunakan pengeras suara, terasa begitu seru. Ustadz Bernard meminta polisi membiarkan kelompok Emak-emak dari Bundaran Hotel Indonesia untuk bergabung dengan pendemo inti di perempatan Jalan Sarinah-Thamrin. Tapi sang pamen Polisi menolaknya. Lebih dari 30 menit saling argumen dengan pemgeras suara itu.

Dua sampai tiga kali masa pendemo nyaris bergesekan. “Jangan kepung kami dooong!” pekik Ustadz Bernard.

Ya, pengamanan kali ini memang sangat berbeda. Polisi membuat pagar betis dengan tameng besar, sangat rapat dari lima arah. Dari selatan, rombongan dari HI terhalang. Lalu dari utara, persis di ujung gedung Jaya, juga sama. Yang dari arah Tanah Abang, dibarikade di belakang Bawaslu, lalu yang di Timur, Jalan Sabang, terganjal persis di samping Sarinah-Jakarta Theater. “Kegiatan kami sah menurut undang-undang!” tegas Ustadz Bernard.

Sekitar jam 17.00, akhirnya rombongan yang dari HI bisa juga bergabung. Sangat menarik, emak-emak berjalan sambil takbir. Mereka membawa tikar, koper-koper berisi makanan. Persis seperti rombongan Bandoeng Laoetan Api. Di tengah-tengah rombongan terlihat Ny. Minurlin Agus Sutomo, istri mantan Danjen Kopasus, terlihat bergandengan tangan dengan sahabatnya yang sempat menggegerkan saat menggruduk KPU Bekasi, dinihari. Tak lama, Mbak Titik Soeharto juga muncul.

Saat berbincang dengan beberapa polisi muda, terdengar suara yang terkesan berbeda. “Kami kan hanya ditugaskan bu,” tukas mereka. “Kami orang bawah, kita seperti harus saling berhadapan, duh,” katanya.

Sekali lagi, kami Emak-emakmu. Kami tidak ingin makar. Kami tidak ingin melawan pemerintah. Kami hanya ingin mencari keadilan dan kebenaran.

Ketika tulisan ini nyaris selesai, saya dengar polisi mulai menggunakan gas air mata, wallahu alam…. (*)

*Wartawan Senior