Kastara.Id, Davos – Lebih dari 3.000 peserta dari kalangan bisnis, pemerintah, masyarakat sipil, seni, budaya, dan media berkumpul di Kota Pegunungan Davos, Swiss selama lima hari dalam sesi pembahasan mengenai tantangan global yang paling mendesak. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiiantara menjadi salah satu perwakilan Indonesia yang akan mengikuti pertemuan tahunan dari tanggal 22 sampai dengan 25 Januari 2019 itu.

Davos tetap menjadi sumber perbincangan paling penting di dunia. World Economic Forum (WEF) atau badan yang menyelenggarakan pertemuan tahunan di Davos setiap tahun dibangun atas gagasan bahwa dunia membutuhkan kerja sama yang lebih baik antara sektor swasta dan publik untuk menemukan cara terbaik mengatasi tantangan global.

Oleh karena itu, orang-orang tersibuk di dunia melakukan sejumlah besar pekerjaan dalam waktu singkat setiap tahun di Davos. Tahun ini pertemuan akan diikuti 300 kepala negara dari seluruh dunia dan pemimpin bisnis top dunia seperti, antara lain Bill Gates, George Soros, CEO UBER Dara Khosrowshahi, CEO Goldman Sachs baru David Solomon, dan endiri Bridgewater Ray Dalio.

Tahun ini, Indonesia diundang untuk mengirimkan perwakilan Kabinet Kerja yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong. 

Sedangkan dari kalangan akademisi dan industri antara lain Profesor Ekonomi Internasional Universitas Indonesia Marie Elka Pangestu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Roesan Roeslani, Direktur Eksekutif PT Bakrie Global Ventura Anindya Bakrie, pendiri dan CEO Tokopedia William Tanuwidjaja, Direktur Eksekutif Grup Lippo John Riady, dan beberapa pemimpin bisnis top Indonesia lainnya.

Tema pertemuan tahun ini adalah Globalisasi 4.0: Membentuk Arsitektur Global di Era Revolusi Industri Keempat. Melalui pertemuan tahunan ini akan dibahas bagaimana membuat globalisasi berfungsi untuk semua orang, bukan hanya beberapa orang di dunia.

Upaya yang akan ditempuh akan berlangsung dalam konteks ketidakpastian, kerapuhan dan kontroversi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di tengah kondisi dunia yang disibukkan kebuthan manajemen krisis saat perubahan transformatif, seluruh peserta akan menggunakan semangat Davos untuk membangun masa depan dengan cara yang konstruktif dan kolaboratif.

‘Transformasi’ merupakan kata yang paling tepat untuk menggambarkan prospek geopolitik, ekonomi dan lingkungan secara global. Saat ini tengah terjadi pergeseran dari tatanan dunia berdasarkan nilai-nilai umum ke dunia ‘multi konseptual’ yang dibentuk oleh persaingan narasi untuk menciptakan arsitektur global baru. 

Saat ini dunia tengah memilki perkembangan batas-batas planet baru. Memasuki Revolusi Industri Keempat yang dibentuk oleh paduan teknologi canggih dari dunia fisik, digital, dan biologis untuk menciptakan inovasi dengan kecepatan dan skala yang tak tertandingi dalam sejarah manusia. Secara kolektif, transformasi itu mengubah cara individu, pemerintah, dan perusahaan saling berhubungan satu sama lain dan dunia pada umumnya.

Dunia akan mendekati fase baru kerja sama global dengan cepat: Globalisasi 4.0. Namun yang menjadi pertanyaan apakah kehadiran Globalisasi 4.0 akan membuat setiap orang mengakui perubahan yang terjadi dan bekerja sama untuk menciptakan peluang baru bagi umat manusia? Atau akankah globalisasi hanya akan membawa kepada berbagai krisis geopolitik, ekonomi, dan lingkungan yang membebani lembaga multilateral dan menghambat upaya untuk berkolaborasi menuju masa depan bersama?

Sebagai Organisasi Internasional untuk Kerjasama Publik-Swasta, World Economic Forum akan membahas upaya untuk mempertemukan keterlibatan masyarakat, penciptaan wawasan dan teknologi platform untuk membentuk kerangka kerja baru untuk kerja sama global. Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia akan fokus pada konsekuensi strategis Globalisasi 4.0 dan dampaknya di masa depan pada kerja sama global dan Revolusi Industri Keempat.

Kawasan ASEAN sebagai blok baru, menjadi salah satu topik utama dalam Pertemuan Tahunan WEF 2019. Blok ASEAN memiliki catatan pertumbuhan ekonomi, pembangunan, dan kerja sama regional yang patut ditiru. Wilayah ini dinilai sebagai memiliki dinamika dan peluang yang menonjol paling luar biasa di dunia. 

Meskipun demikian, kinerja masa lalu bukan jaminan kesuksesan di masa depan, dan banyak tantangan menjulang. Geopolitik bergeser, hubungan ekonomi berkembang, dan transisi demografis sedang berlangsung, dan dampak negatif dari pertumbuhannya pada isu-isu seperti kesetaraan sosial dan kelestarian lingkungan menjadi lebih jelas. Sama pentingnya, gangguan mendalam Revolusi Industri keempat menyebabkan transformasi luas ke model ekonomi, pekerjaan dan kesejahteraan sosial dan tata kelola sistem. 

Pembahasan sesi ASEAN akan menghadirkan pemimpin dari lembaga pemerintah, bisnis, dan akademisi di kawasan ASEAN untuk mengeksplorasi prioritas untuk ASEAN pada tahun 2019. Selain itu juga merancang pengembangan bentuk-bentuk baru kerjasama pemerintah dan swasta untuk meyelesaikan agenda prioritas. (mar)