Nadiem Makarim

Kastara.ID, Jakarta – Direktur Parameter Politik Adi Prayitno menyebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim layak dievaluasi. Pasalnya Nadiem telah melakukan tiga kali kesalahan beruntun yang tergolong fatal. Jika tidak, menurut Adi, justru Nadiem akan menjadi beban bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Saat memberikan komentar (22/4), Adi mengatakan, tidak dicantumkannya nama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dalam Kamus Sejarah Indonesia menjadi kesalahan ketiga yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Sebelumnya, Nadiem sudah melakukan kesalahan fatal, yakni hilangnya frasa agama dalam peta jalan nasional pendidikan 2020-2035 dan hilangnya mata pelajaran Pancasila dan Bahasa Indonesia dalam peraturan pemerintah (PP) No 57 tahun 2021.

Adi menuturkan, hattrick kesalahan itu sudah bisa menjadi ukuran kinerja Nadiem selama memimpin Kemendikbud. Tiga kesalahan fatal yang dilakukan seorang menteri menurut Adi tidak bisa dianggap main-main. Itulah sebabnya pendiri Gojek itu layak dievaluasi.

Terlebih Nadiem telah lama menjadi sorotan publik. Kesalahan yang dilakukannya menurut Adi sudah mendasar dan cukup prinsipil. Bahkan tiga kali dilakukan secara beruntun atau hattrick. Adi menilai saat ini Nadiem telah menjadi beban bagi Jokowi. Kesalahan yang dilakukan Nadiem bisa menjadi ‘peluru’ nyasar yang justru mengarah ke istana.

Kritikan dan sorotan publik bisa jadi justru mengarah ke Istana. Presiden Jokowi menurut Adi akan dianggap salah dalam menempatkan orang sebagai menteri. Adi pun mempertanyakan apa alasan kuat Jokowi mempertahankan Nadiem.

Seperti diberitakan sebelumnya, publik dihebohkan dengan tidak tercantumnya nama pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari dari Kamus Sejarah Indonesia. Belakangan diketahui nama Presiden keempat RI, Abdurachman Wahid atau Gus Dur juga juga tidak tercantum dalam kamus tersebut. KH Hasyim Asy’ari diketahui adalah kakek dari Gus Dur.

Hal itu pun menimbulkan kemarahan berbagai pihak, terutama warga Nahdliyin. Ketua Umum NU Circle, R. Gatot Prio Utomo, memprotes keras dan meminta Nadiem bertanggung jawab atas penghilangan jejak sejarah ini. Dalam keterangannya Senin 19 April 2021 pria yang akrab disapa Gus Pu ini mengaku dirinya dan warga NU lainnya merasa tersinggung dan kecewa atas terbitnya Kamus Sejarah Indonesia.

Gus Pu menyebut Kamus Sejarah Indonesia hanya memuat foto KH Hasyim Asy’ari tetapi tidak ada entry atau lema nama pendiri NU itu. Hal ini menurut Gus Pu berpretensi menghilangkan nama dan rekam jejak sejarah ketokohan KH Hasyim Asy’ari. Itulah sebabnya NU Circle mendesak kamus tersebut segera ditarik dan direvisi. (ant)