Reformasi

Kastara.id, Jakarta – Empat catatan perjalanan 20 tahun reformasi dinilai Ketua MPR RI Zulkifli Hasan tidak semuanya berjalan baik. “Perjalanan 20 tahun reformasi, banyak hal yang sudah berjalan baik. Akan tetapi, ada juga hal yang belum berjalan baik.”

Ada hal-hal yang berjalan baik pada era Reformasi adalah perubahan sistem pemerintahan dari belum demokratis menjadi lebih demokratis. Sistem pemerintahan yang demokratis, kata dia, menjadikan warga negara Indonesia (WNI) memiliki kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab.

“Setelah reformasi, WNI memiliki kesempatan lebih terbuka untuk mencapai cita-citanya. Saya juga bersyukur, setelah era demokrasi dapat menjadi Ketua MPR RI,” ujarnya.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini menjelaskan, setelah era Reformasi, MPR RI melakukan diskusi-diskusi dan kajian mengenai perjalanan reformasi. Dari diskusi dan kajian tersebut, diketahui bahwa ternyata tidak semua agenda reformasi dapat berjalan baik, tetapi ada juga yang belum berjalan baik.

Ada empat catatan yang disampaikan Zulkifli Hasan, yakni pertama, reformasi justru melahirkan kesenjangan sosial dan ekonomi makin meningkat. Setelah era reformasi, sistem perekonomian nasional makin liberal dan berdampak pada kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin tinggi.

Kedua, penegakan supremasi hukum yang dinilai tidak adil. Penegakan hukum saat ini lebih tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas sehingga dinilai menimbulkan rasa ketidakadilan masyarakat.

Ketiga, setelah era Reformasi, praktik korupsi masih terus terjadi dan menyebar ke daerah. “Padahal, salah satu tuntutan reformasi adalah pemberantasan korupsi. Hal ini juga yang menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemimpin,” paparnya.

Keempat, ketidakpercayaan masyarakat karena menilai banyak hal yang menimbulkan ketidakadilan. Masyarakat tidak percaya kepada pemimpinnya, kepada tokoh-tokohnya, serta kepada kelompok-kelompok lain di masyarakat. “Hal ini ditandai dengan saling mencemooh dan saling menjelekkan,” katanya. (danu)