Tattoo

Oleh: Jaya Suprana

PADA masa pageblug Corona, kantor berita MSN mencoba menghibur warganet dengan memajang berita dan foto Jermaine Jones, Clint Dempsey, Michael Bradley, Martin Škrtel, Nigel de Jong, Kevin Prince-Boateng, Tim Cahill, Daniel Alves, Djibril Cisse, Gregory van der Wiel, Zlatan Ibrahimovic dan lain-lain, tokoh maha pesepakbola yang mengabadikan tattoo pada kulit raga masing-masing. Upaya tersebut tidak berhasil terlalu menghibur akibat tidak semua orang suka pada apa yang disebut sebagai tattoo.

Saya pribadi juga tidak mau ditattoo sebab takut merasa sakit pada saat ditattoo maupun khawatir bosan terhadap desain tattoo yang terlanjur melekat pada kulit saya. Konon, tattoo bisa dihapus dengan teknik tertentu namun mungkin pada saat dihapus sama sakitnya dengan pada saat ditattookan pada kulit saya. Namun bukan berarti saya tidak menghargai tattoo sebagai suatu bentuk seni rupa yang memiliki estetika tersendiri.

Sejarah
Tattoo merupakan suatu bentuk simbol yang ditattookan pada kulit manusia sebagai jati diri sosial, politik, agama, selera sebagai ungkapan ekspresi diri.

Dokumen  tattoo tertua dimiliki oleh Otzi The Iceman dari sekitar abad XXXIV sebelum Masehi yang tubuhnya diawetkan oleh es di pegunungan Alpina. Sekitar abad XVII Kapten Cook dan para anak kapalnya berjumpa dengan masyarakat Maori yang wajah dan tubuhnya berhias beranekaragam desain tattoo. Para eksplorer Spanyol pada abad XVIII melihat para penduduk pribumi kepulauan Filipina gemar bertattoo yang dalam bahasa setempat disebut sebagai patik.

Kaum pribumi Amerika Utara yang (keliru) disebut Indian pada saat berperang terutama pada bagian wajah lazim menggunakan tattoo berwarna-warni yang bisa dihapus setelah perang usai. Tradisi tattoo Indian-American yang bisa dihapus diwariskan ke generasi milenial abad XXI dalam bentuk tattoo tinta atau gambar-tempel yang mudah ditempelkan mau pun dikelupas dari kulit manusia mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek. Irezumi merupakan seni tattoo tradisional Jepang yang tersohor ke seantero pelosok dunia.

Kontroversi
Saya menganggap bertattoo atau tidak bertattoo merupakan hak asasi manusia untuk memilihnya. Namun memaksakan tattoo pada orang lain jelas merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Tidak semua agama toleran terhadap tattoo. Agama Mesir kuno memberhalakan tattoo pada tubuh manusia justru sebagai persembahan kepada para dewa. Hindu tidak menolak tattoo. Sementara ada aliran Nasrani yang bisa menerima namun ada pula yang menolak tattoo meski kaum Yahudi melarang tattoo berdasar Leviticus 19 namun larangan hanya terbatas pada kaum Yahudi saja. Di masa kini banyak generasi muda Yahudi asyik bertattoo-tattoo baik sebagai mode mau pun ekspresi keimanan. Kaum Nasrani evangelikal dan protestan fundamentalis menganggap bertattoo adalah dosa. Analog prasangka klise sebagian masyarakat Indonesia bahwa hanya penjahat dan kaum kriminal yang bertattoo.

Masyarakat Nasrani Koptik di Mesir masa kini lazim bertattoo pada pergelangan tangan kanan sebagai identitas mereka. Islam Sunni mengharamkan tattoo sementara umat Islam Shiah di Libanon, Irak, Yemen, dan Iran bertattoo dengan tema religious. Sak Yant alias tattoo yantra popular di umat Buddhisme Asia Tengara. Meski ada pula yang keberatan apabila tattoo menggunakan sosok Buddha dan figur religius yang kontroversial bagi masyarakat Buddhisme penolak selera Barat yang menghalalkan segala desain tattoo berdasar kehendak mereka sendiri.

Saling Menghormati
Sebenarnya cukup banyak lelucon cabul terkait tattoo namun lebih baik saya tidak kisahkan di sini demi tidak melanggar Undang-Undang Anti Pornografi. Pada hakikatnya tattoo sama dengan jenis seni apa pun juga yang tidak bisa leluasa mengabaikan norma-norma etika dan moral yang berlaku di lingkungan kebudayaan masing-masing. Mereka yang tidak bertattoo hukumnya sebaiknya menghormati mereka yang kebetulan bertattoo dan tentu saja sebaliknya mereka yang bertattoo menghormati mereka yang kebetulan tidak bertattoo. Selaras paham agamamu agamamu, agamaku agamaku atau seleramu seleramu, seleraku seleraku maka tattoomu tattoomu, tattooku tattooku. (*)

* Penulis adalah pembelajar peradaban dunia.