Ekspor Indonesia

Kastara.ID, Jakarta – Ekspor Indonesia periode Januari—November 2018 menguat dibanding tahun sebelumnya. Secara komulatif ekspor Januari—November 2018 mencapai USD 165,81 miliar atau naik 7,7 persen dari periode yang sama tahun tahun sebelumnya. Hal ini didukung kenaikan ekspor migas sebesar 9,9 persen dan nonmigas sebesar 7,5 persen.

“Berdasarkan kelompok produk, kenaikan ekspor nonmigas didorong oleh meningkatnya ekspor pertambangan sebesar 25,6 persen dan produk industri pengolahan sebesar 4,5 persen. Akan tetapi ekspor pertanian turun sebesar 7,6 persen,” ungkap Menteri Pedaganan Enggartiasto Lukita.

Mendag menyampaikan, ekspor bulan November 2018 turun 6,7 persen atau sebesar USD 14,83 miliar dibanding bulan Oktober 2018 (MoM). Penurunan ini terdiri dari ekspor nonmigas sebesar USD 13,46 miliar atau turun 6,3 persen dan migas sebesar USD 1,37 miliar atau turun 10,8 persen.

Penurunan ekspor nonmigas bulan November 2018 diakibatkan oleh penurunan ekspor ke negara tujuan utama serta penurunan harga komoditas di pasar internasional. Dari bulan sebelumnya, ekspor nonmigas ke China turun 7,1 persen; AS turun 5,0 persen; India turun 14,7 persen; Malaysia turun 6,4 persen; dan Singapura turun 16,7 persen.

Sementara harga CPO turun 8,6 persen; karet turun 6,3 persen; nikel turun 8,7 persen; alumunium turun 4,5 persen; timah turun 0,3 persen; dan bijih besi turun 0,2 persen. Impor bulan November 2018 Turun Sementera itu, kinerja impor bulan November 2018 turun 4,5 persen menjadi sebesar USD 16,88 miliar dibanding bulan sebelumnya (MoM). Penurunan ini terdiri dari impor nonmigas USD 14,04 miliar atau turun 4,8 persen dan impor migas USD 2,84 miliar atau turun 2,8 persen.

Penurunan impor tersebut terjadi pada semua golongan barang. Dibanding bulan sebelumnya, impor bahan baku/penolong turun 4,1 persen, barang modal turun 5,9 persen, dan barang konsumsi turun 4,7 persen. Menurut Mendag, bahan baku/penolong yang berperan signifikan terhadap penurunan impor antara lain bahan makan dan minuman utama untuk industri.

Sementara barang modal yang mengalami penurunan adalah semua barang modal kecuali alat angkutan, mobil penumpang, dan alat angkutan untuk industri. Sedangkan untuk barang konsumsi yang mengalami penurunan adalah alat angkutan bukan untuk industri, mobil penumpang, serta makanan dan minuman olahan untuk rumah tangga.

Secara kumulatif, impor selama Januari—November 2018 mencapai USD 173,32 miliar atau naik 22,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut diakibatkan oleh kenaikan impor migas sebesar 27,9 persen dan nonmigas sebesar 21,1 persen.

Mendag juga mengungkapkan, neraca perdagangan bulan November2018 mengalami defisit sebesar USD 2,05 miliar yang terdiri dari nonmigas sebesar USD 583,2 juta dan migas sebesar USD 1,46 miliar. “Defisit neraca perdagangan bulan November 2018 mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yang tercatat defisit USD 1,77 miliar,” ujarnya.

Lebih lanjut Mendag mengungkapkan, tekanan defisit neraca perdagangan bulan November 2018 disebabkan oleh semakin besarnya defisit, baik sektor migas maupun nonmigas dibanding bulan sebelumnya. Defisit neraca perdagangan migas dari USD 1,38 miliar menjadi USD 1,46 miliar sedangkan defisit nonmigas meningkat dari USD 393,1 juta menjadi USD 583,2 juta.

Tingginya defisit neraca perdagangan migas dipicu oleh tingginya permintaan impor hasil minyak serta minyak mentah, meskipun harga minyak dunia mengalami penurunan. Harga rata-rata minyak dunia November sebesar USD 62,3 perbarel atau turun 18,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara defisit perdagangan nonmigas mengalami kenaikan akibat kinerja ekspor yang mengalami penurunan lebih dalam dari penurunan impor.

Secara kumulatif, neraca perdagangan selama Januari-November 2018 mengalami defisit sebesar USD 7,5 milliar yang terdiri dari surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar USD 4,64 milliar dan defisit neraca perdagangan migas sebesar USD 12,15 milliar. (mar)