Si Doel Anak Jakarta

Kastara.ID, Jakarta – Karya sastra klasik dinilai menjadi salah satu media yang bisa memberikan ajaran mengenai toleransi kepada anak-anak muda, yang kerap disebut generasi milenial. Contohnya adalah novel “Si Doel Anak Jakarta” karya Aman Datuk Madjuindo yang mengangkat nilai-nilai kesalehan sosial di masa lalu di mana pada zaman itu, masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi toleransi dengan balutan nilai-nilai kearifan lokal.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan novel “Si Doel Anak Jakarta” merupakan karya sastra klasik yang penuh dengan nilai-nilai luhur, kearifan lokal yang original dan masih relevan untuk dicontoh dengan kondisi saat ini.

“Dengan adanya keterbukaan informasi. Anak-anak kita terpapar oleh budaya asing. Jangan sampai mereka lupa dan tidak lagi memegang nilai-nilai kesalehan sosial di masa lalu,” kata Kepala BNPT dalam keterangan resmi konfrensi pers Pentingnya Pendidikan Toleransi Melalui Sastra Klasik Dalam Media Milenial “Si Doel Anak Jakarta” Karya Aman Datuk Madjuindo yang diterima Selasa (23/2).

Novel “Si Doel Anak Betawi” karangan Aman Datuk Madjuindo diterbitkan pertama kali pada 1932 oleh percetakan Balai Pustaka. Karya sastra buatan Aman mengisahkan tentang petualangan Doel menuntut pendidikan sembari menghadapi jago-jago di kampungnya menjadi cukup populer. Si Doel sudah mengalami cetak ulang sebanyak lima kali pada 1951 dan sempat beralih judul menjadi “Si Doel Anak Jakarta.”

Menurut Boy pesan moral yang terkandung di dalam karya sastra milik Aman Datuk ini memiliki semangat yang sama dengan upaya BNPT dalam melawan terorisme dan radikalisme.

Dia yakin bahwa cerita “Si Doel Anak Jakarta” dapat mengajarkan anak-anak Indonesia untuk lebih mencintai budaya dan negaranya. Karya sastra klasik ini menurutnya tidak hanya menghibur tapi juga memberikan nilai pendidikan yang tinggi.

“Si Doel ini kan banyak hal yang bisa dicontoh anak-anak Indonesia saat ini. Bagaimana dia patuh kepada orang tua, rajin beribadah, nasionalisme, setia kawan, jujur, dan rajin belajar,” jelas dia,

Sementara itu, Direktur Utama PT Balai Pustaka (Persero) Achmad Fachrodji sangat mengapresiasi karya sastra klasik buah karya Aman Datuk sebagai buku anak-anak yang wajib dibaca untuk menumbuhkan nilai-nilai toleransi.

“Kami sepakat bahwa buku-buku karya sastra klasik ini punya bagian penting dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi bagi generasi muda Indonesia,” kata dia.

Poduser film Aditya Yusma Perdana mengatakan karya sastra klasik “Si Doel Anak Jakarta” sangat tepat untuk dijadikan sebuah film yang mengangkat nilai-nilai luhur dan budaya nasional. Akhlak baik yang dimiliki karakter “Si Doel” dinilai bisa menjadi panduan orang tua dan anak dalam menjalani kehidupan rukun dan damai di lingkungan masyarakat yang jauh dari paham terorisme dan radikalisme.

“Si Doel Anak Jakarta bisa diangkat menjadi film yang tentunya bukan hanya nilai hiburan saja tapi ada semangat kearifan lokal, nilai-nilai budaya, dan kesalehan lokal,” tutur dia. (nad)