Headline

Al Nasser Salah Ad-Din

Oleh: Jaya Suprana

SEMULA saya enggan menonton film Al Nasser Salah Ad-Din produksi Mesir akibat khawatir film tersebut hanya memberhalakan Saladin.

Namun setelah mengetahui bahwa skenario kisah film tersebut disusun berdasar sebuah novel Naguin Mahfouz yang memperoleh anugerah Nobel untuk kesusasteraan, maka akhirnya saya mencoba untuk menyimak film kolosal yang disutradarai Youssef Chahine.

Ternyata film Mesir tersebut beda dari film garapan Holywood dengan orientasi pemikiran sentris Barat dan Nasrani maupun kapitalisme yang lambat laun mulai membosankan saya.

Dari film produksi Mesir sebagai negara dengan mayoritas populasi Muslim minimal saya bisa memperoleh wawasan baru yang dipandang dengan perspektif baru terhadap Saladin sebagai pahlawan yang berjaya merebut kembali Jerusalem dari kekuasaan Nasrani dan Eropa Barat.

Dari Al Nasser Sallah Ad Din juga memperoleh informasi bahwa Saladin melanjutkan warisan toleransi Nabi Muhammad SAW terhadap umat Yahudi dan Nasrani yang diberi kebebasan beribadah di Jerusalem.

Warisan kearifan adiluhur yang sampai masa kini masih dipertahankan di kawasan segitiga Tembok Ratapan, Masjid Al Aqsa, dan Ecclesia Sancti Sepulchri.

Dalam film bertumpu pada novel Naquin Mahfudz itu saya disadarkan bahwa Islam tidak selalu identik Arab. Cukup banyak Arab bukan Muslim tetapi Nasrani seperti tokoh Issa sebagai patih terkemuka Saladin.

Juga Saladin sama sekali tidak setuju penganiayaan apalagi pembunuhan terhadap para tawanan perang yang merupakan dasar Perjanjian Jenewa yang berlaku sampai masa kini. Saladin bahkan membantu menyembuhkan lawan bebuyutannya yaitu Richard the Lionheart ketika terluka di medan pertempuran.

Namun sanubari saya terharu-biru oleh adegan dalam film Al Nasser Salah Ad-Din pada saat tentara Richard The Lionheart mengepung Yerusalem pada malam hari menjelang Hari Natal, para serdadu Saladin yang muslim mengucapkan Selamat Hari Natal kepada serdadu Saladin yang Nasrani sementara para umat Nasrani di dalam kota Jerusalem berpadu-suara menyanyikan lagu-lagu Natal yang disambut oleh tentara Richard sang Hati Singa di luar dinding kota Jerusalem ikut menyanyikan lagu-lagu Natal yang sama.

Di samping mengharukan, adegan toleransi antar umat beragama itu juga menyayat lubuk sanubari sebab sungguh mujur-tak-diraih-malang-tak-ditolak adegan mengharukan tersebut tidak lanjut terjadi di kawasan Timur Tengah masa kini. (*)

* Pembelajar Kebudayaan dan Peradaban.

Leave a Comment

Recent Posts

99 Elemen Masuk Barisan di KBBI Siap Menangkan Imam Budi Hartono di Pilkada Depok

Kastara.Id,Bogor - Puluhan elemen atau relawan warga Kota Depok terhimpun dalam Keluarga Besar Bang Imam…

Selamat Ginting: Salim Said Bagai Kamus Berjalan Soal Politik dan Militer

Kastara.id,Jakarta - Pengamat politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan sosok almarhum Prof…

SIT Darul Abidin Anak Didiknya Menciptakan Permainan Sehingga Otaknya Lebih Sehat

Kastara.Id,Depok - Wakil Walikota Depok Imam Budi Hartono memberikan Sambutan dalam Kegiatan Scratch Day Celebration…

KPU Depok Pastikan Tidak Diikuti Oleh Calon Perseorangan Dalam Pilkada 2024

Kastara.Id,Depok - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat Wili Sumarlin memastikan pemilihan…

55 Anggota PPK Depok di Lantik Dan Langsung Berkerja Untuk Pilkada Serentak 2024

Kastara.Id,Depok - Kali ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat secara  resmi melantik…

Pencabutan dan Pembatalan Surat Pernyataan Sikap

Kastara.Id,Depok - Berdasarkan  Nomor  015/BSS/PS/V-2024 TANGGAL 14 MEI 2024.  Seluruh jajaran pengurus Perkumpulan Barisan Supian…