Kastara.ID, Depok – Konsistensi bencana banjir dan risiko kerugiannya memerlukan perhatian serius. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, selama tiga tahun terakhir, banjir adalah bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, dengan 1.524 (43%) kejadian banjir pada 2022. Sementara kerugian materiil yang dapat timbul akibat bencana hidrometeorologi, termasuk banjir, pada 2018-2022 ditaksir mencapai Rp 31,5 triliun.

Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan upaya mengurangi risiko banjir, dimulai dari level komunitas. Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui program Urban Nexus memperkenalkan alat peringatan dini banjir (APB) di Depok, Jumat (24/3). Pengenalan ini dilakukan melalui workshop yang diikuti oleh pemerintah kota dan perwakilan kelurahan-kelurahan yang memiliki risiko tinggi banjir di Kota Depok.

“Selain memperkenalkan alat, melalui kegiatan ini harapannya ada pemahaman bersama mengenai potensi risiko terjadinya banjir di wilayah Kota Depok. Kami juga mendorong agar alat ini dapat direplikasi dan dikembangkan lagi oleh salah satu SMK di Kota Depok. Saat ini, untuk proses pembuatan dan pemasangan alat ini juga melibatkan kaum muda di dua kelurahan di Kota Depok,” ungkap Maulinna Utaminingsih, Project Manager Urban Nexus Plan Indonesia, dalam Workshop Pengenalan Alat Peringatan Dini Banjir di Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (24/3).

Alat yang diperkenalkan dalam workshop ini merupakan pengembangan dari APB yang diinisiasi kaum muda di Jakarta melalui program Urban Nexus fase 1. Pengembangannya dilakukan dengan Yayasan Kausa Resiliensi Indonesia (YRKI) dan bekerja sama dengan tim Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB) – BPPT LIPI, yang sekarang menjadi BPPT-BRIN. Sejak 2020, alat yang terdiri dari beberapa komponen termasuk pengeras suara ini terbukti telah membantu memperingkatkan warga di Klender, Jakarta Timur, sebelum banjir terjadi. Desain yang praktis membuat alat ini mudah digunakan oleh komunitas, termasuk dalam pengelolaan, penjagaan, dan penggunaannya oleh kelompok rentan seperti anak, kaum muda, dan penyandang disabilitas.

Kepala Bappeda Kota Depok Dadang Wihana mengapresiasi hadirnya alat peringatan dini banjir yang diinisiasi kaum muda pendampingan Plan Indonesia. Ia menyadari beberapa wilayah di Kota Depok berpotensi rawan bencana berupa banjir, sehingga alat peringatan dini banjir menjadi dibutuhkan.

“Alat mitigasi bencana hasil kaum muda yang akan direplikasi ini mudah-mudahan bisa menjadi kontribusi untuk ancang-ancang ketika terjadi bencana, utamanya mulai dari hulu atau sebelum kejadian. Selain menghadirkan alat ini, kaum muda juga perlu diedukasi untuk menangani banjir, seperti menghindari penggunaan plastik, sehingga masalah sampah bisa teratasi,” kata Dadang.

Workshop pengenalan APB ini turut dihadiri oleh perwakilan kaum muda penginisiasi APB dari Klender, Jakarta Timur. Hadir pula sejumlah narasumber yakni Kasie Operasi dan Pemeliharaan SDA Dinas PUPR Kota Depok Doddy Sadikin, Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Damkar Kota Depok Nadelia, serta pakar risiko iklim dari IPB Perdinan yang menyampaikan urgensi dan perkembangan alat peringatan banjir berbasis komunitas. Setelah workshop, tim Urban Nexus Plan Indonesia akan bekerja sama dengan kaum muda untuk mengembangkan APB di dua kelurahan di wilayah Depok. (lan)