Kastara.ID, Jakarta – Kementerian Agama hari ini memberikan pembekalan kepada sejumlah jurnalis yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH). Total ada 30 jurnalis, terdiri dari wartawan media cetak, online, televisi, radio, serta fotografer profesional yang dipilih melalui mekanisme seleksi.

“Haji itu tidak semata transportasi, akomodasi dan konsumsi. Itu semua adalah wasilah atau sarana prasarana. Selain wasilah yang baik, substansi haji adalah bagaimana jemaah bisa menggapai kemabruran dalam ibadah,” terang Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan saat membuka Pembekalan MCH 1440H/2019M di Jakarta, Senin (24/6).

“Untuk itu, saya mengajak tim MCH untuk juga menelisik sisi spiritual penyelenggaraan ibadah haji,” lanjutnya.

Menurut M Nur Kholis Setiawan, haji merupakan perjalanan ibadah yang paripurna, bukan ritual jalan-jalan. Karenanya, pemahaman jemaah terhadap manasik sangat penting. “Di sinilah tim MCH mengemban peran profetik untuk ikut mengedukasi jemaah tentang proses ibadah yang baik,” tuturnya.

“Niatkan ini sebagai ibadah agar segala proses yang dilakukan juga bernilai ibadah, tidak semata kerja profesional,” sambungnya.

Sebagai bekal awal, Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mengajak tim MCH untuk membaca biografi perjalanan ibadah tokoh Islam terdahulu, utamanya para sufi. Dari situ, diharapkan tim MCH mendapat gambaran tentang laku hidup kaum sufistik.

Wa ‘alaika bi mudaawamati muthaala’ati kitaabi hilyatil auliyaa’i wa thabaqaatil ashfiyaa’i. Mestinya kalian rajin menelaah literatur permata (perjalanan hidup) para wali dan sufi. Dengan demikian kita bisa menimbang seberapa baik atau buruk kualitas kehidupan kita,” ujar Sekjen mengutip salah satu ungkapan Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin.

Terakhir, kepada para jurnalis, Sekjen Kemenag juga mengingatkan pentingnya verifikasi dan klarifikasi dalam setiap informasi. Hal itu penting karena berita haji sangat ditunggu masyarakat, tidak hanya jemaah, tapi juga keluarga jemaah di Tanah Air.

“Jangan sampai pemberitaan tim MCH justru meresahkan jemaah atau keluarga jemaah. Semua harus berimbang sesuai kode etik jurnalistik yang berlaku. Juga mencerahkan dan mengedukasi,” ujar Sekjen.

Mengutip salah satu ungkapan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terdapat pada Kitab Al-Mizan Al-Kubra karya Imam Al-Sya’rani, Sekjen mengingatkan tim MCH tentang bahaya hoaks. “Idzaa ra’aytum jamaa’atan yatanaajawna sirran fiimaa baynahum bi amri diinihim, fasyhaduu anna dzaalika dlalaalun wa bid’atun. Ketika kalian melihat sekelompok orang yang berbisik-bisik (secara tertutup) terkait persoalan keagamaan mereka, yakinlah bahwa kelompok masyarakat itu sesat dan bid’ah,” ujarnya sembari menjelaskan pentingnya keterbukaan dalam beragama. Sifat berbisik seringkali memunculkan sakwa sangka dan berpotensi menebar informasi yang tidak benar, alias hoaks.

Pembekalan MCH berlangsung dua hari, 24-25 Juni 2019. Selain Sekjen, akan hadir sebagai narasumber Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Pembekalan juga dikemas dalam bentuk sharing pengalaman pelaksanaan tugas Tim MCH 2018, serta penguatan manasik haji. (put)