MUI

Kastara.ID, Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) X di Hotel Sultan, Jakarta, 25-27 November 2020, untuk memilih ketua umum masa bakti 2020-2025.

Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai, posisi Ketua Umum MUI sangat strategis bagi kehidupan berbangsa. Terlebih, MUI merupakan wadah berkumpulnya para ulama dan tokoh-tokoh Islam di Indonesia.

“Posisi ketum ini seksi dan strategis untuk bisa memberikan satu rasa aman dalam narasi keagamaan yang tak menimbulkan keriuhan dan kegaduhan ke depannya,” kata Adi, Selasa (24/11).

Islam moderat, kata dia, diwujudkan oleh pemahaman agama yang berlandaskan rahmatan lil alamin. Karena itu, posisi Ketum MUI nantinya harus berasal dari kalangan Islam moderat dan bisa diterima oleh semua pihak.

Adi mengatakan, Ketum MUI berikutnya harus bisa mengayomi semua kelompok meskipun berbeda mahzab. Menurutnya, pengganti Ma’ruf Amin harus menampilkan wajah yang berbeda dari kelompok-kelompok Islam intoleran yang mulai tumbuh di Indonesia saat ini

Adi menyebutkan, Ketum MUI juga harus mampu melawan intoleransi dan politik identitas yang mulai mengental di Indonesia. Kondisi tersebut bakal menjadi tantangan terbesar bagi MUI ke depannya.

Masa jabatan kepengurusan MUI yang berakhir pada 2025 mendatang menjadi tantangan lain. MUI bakal menghadapi tahun politik pada Pemilu 2024. Adi memprediksi politik identitas semakin meluas pada tahun tersebut.

“Karena itu Ketum MUI tugas utamanya adalah menjadi lawan tanding dan head to head, berani melawan kelompok intoleran. Jangan lagi MUI berdiam diri melihat kondisi saat ini,” kata Adi.

Beberapa nama ulama tersohor Indonesia masuk dalam bursa calon ketum MUI masa bakti 2020-2025 mendatang. Dari ulama berlatar belakang NU terdapat nama Miftachul Akhyar hingga Nasaruddin Umar.

Sementara dari kalangan Muhammadiyah terdapat nama Wakil Ketua Umum MUI Muhyiddin Junaidi dan Sekjen MUI Anwar Abbas. (ant)