Mencoba Memahami Strategi SBY Soal Agus Harimurti

Catatan Gantyo Koespradono

TEMAN bukan, saudara juga bukan. Anehnya, banyak di antara kita yang menyesalkan ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) “memaksa” putra mahkotanya, Agus Harimurti, mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Konsekuensinya, Agus memang harus mengundurkan diri sebagai prajurit TNI, karier yang telah dilakoninya kurang lebih 10 tahun.

Banyak orang, terutama para netizen yang menuding SBY tidak bijaksana dan memaksakan kehendak kepada anaknya. Ada pula yang mengatakan, ia ambisius dan memanfaatkan partai yang dipimpinnya (Demokrat) dan partai anggota Poros Tengah (PPP, PKB dan PAN).

Tak ada yang tahu SBY yang memanfaatkan PPP, PKB dan PAN, atau ketiga partai bernuansa Islam ini yang mendompleng kharisma SBY, karena nggak cocok dengan Gerindra dan PKS yang dengan terpaksa di detik-detik terakhir (last minute) mencalonkan orang luar, Anies Baswedan, sebagai “senjata” untuk melumpuhkan Ahok dalam “perang” Pilkada Serentak Februari 2017. Demi asal bukan Ahok, “perwiranya” (Sandiaga Uno) yang sebelumnya digadang-gadang jadi gubernur malah dikorbankan menjadi calon DKI-2.

Di detik-detik terakhir sebelum loket pendaftaran cagub di KPUD Provinsi DKI Jakarta ditutup, kubu Cikeas akhirnya memunculkan Agus Harimurti yang berdasarkan informasi yang beredar, hingga Jumat (23/9) malam pukul 23.00, Agus masih belum bersedia dicalonkan menjadi DKI-1.

Oleh sebab itu bisa dipahami jika banyak orang berkata-kata seperti ini: “Sayang. Kariernya di TNI sudah bagus, kok ditinggalkan begitu saja. Kalau mau bersabar, Agus bisa berpangkat jenderal sepuluh tahun lagi.”

“Sepuluh tahun lagi? Enak saja ente ngomong?” Mungkin itu bantahan SBY di dalam hati.

Sepuluh tahun menunggu sang putra mahkota naik pangkat setingkat jenderal bukanlah waktu yang singkat. Sepuluh tahun lagi, SBY yang sekarang berusia 67 akan berumur 77 tahun. Hasilnya, paling banter ia hanya bisa menikmati Agus Harimurti menjabat sebagai pangdam atau KSAD, itu pun kalau kariernya mulus.

Tidak! SBY punya strategi jitu berjangka panjang, meskipun untung-untungan berbau judi, penuh risiko. Ia merindukan Agus Harimurti mengikuti jejaknya sebagai presiden. Ya, presiden Republik Indonesia.

Sangat mungkin ia memang memplot Agus sebagai presiden, karena sang adik, Ibas, posisinya tak begitu aman. Di persidangan kasus korupsi Hambalang, namanya kerap disebut-sebut, bukan seperti lagunya Nikita “di dalam doa ibuku, namaku disebut.”

Agus Harimurti belum ternoda karena ia belum sempat terjun ke dunia politik. Prestasi pendidikan dan dedikasinya di militer juga lumayan moncer. Oleh sebab itulah bagi SBY, momentum Pilkada DKI, adalah waktu yang tepat untuk memunculkan Agus.

Jika dalam hajatan pilkada nanti Agus menang, maka mudah bagi SBY dan Demokrat untuk mengorbitkan Agus menjadi presiden. Jabatan sebagai gubernur DKI tak ubahnya adalah kawah candradimuka bagi Agus untuk melangkah jauh ke depan.

SBY tentu berkepentingan Agus menjadi calon RI-1. Kalau bukan Agus, siapa lagi?

SBY pasti sudah memerkirakan kalau strategi tidak disiapkan sejak sekarang, yang bakal jadi presiden (lagi) adalah Joko Widodo (Jokowi) dengan wakil presiden Sri Mulyani. Setelah Jokowi tak lagi menjadi presiden, posisi akan digantikan Sri Mulyani dengan wakil presiden (siapa tahu Ahok?).

Jika sejarah kepemimpinan di Indonesia berjalan normal seperti itu membutuhkan durasi 10 tahun. Bagi SBY yang merindukan dinastinya lestari, ini jelas “berbahaya”. Saat itu usianya sudah 77 tahun. Jika Agus Harimurti tidak dimunculkan sekarang, maka peluang akan hilang. Oleh sebab itulah, bagi SBY, apa pun risikonya, karier Agus harus dicerabut dari TNI.

Andai pun Agus kalah dalam pemilihan gubernur di Jakarta Februari nanti, ia masih bisa disiapkan menjadi anggota DPR dalam Pemilu 2019. Saat itu usia SBY masih 69 (nggak enak banget nih angka), sehingga sangat mungkin, SBY masih bisa menikmati Partai Demokrat bangkit kembali (?) dan Agus terpilih menjadi anggota dewan.

Jika hasil strategi SBY menghasilkan fakta-fakta seperti itu, maka lagi-lagi ia leluasa mengatur Agus Harimurti menjadi RI-1. Selagi bermimpi belum dilarang, dan eh, siapa tahu menjadi kenyataan. So, jangan nyinyir dulu. Paham?[]

Leave a Comment

Recent Posts

SIT Darul Abidin Anak Didiknya Menciptakan Permainan Sehingga Otaknya Lebih Sehat

Kastara.Id,Depok - Wakil Walikota Depok Imam Budi Hartono memberikan Sambutan dalam Kegiatan Scratch Day Celebration…

KPU Depok Pastikan Tidak Diikuti Oleh Calon Perseorangan Dalam Pilkada 2024

Kastara.Id,Depok - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat Wili Sumarlin memastikan pemilihan…

55 Anggota PPK Depok di Lantik Dan Langsung Berkerja Untuk Pilkada Serentak 2024

Kastara.Id,Depok - Kali ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok, Jawa Barat secara  resmi melantik…

Pencabutan dan Pembatalan Surat Pernyataan Sikap

Kastara.Id,Depok - Berdasarkan  Nomor  015/BSS/PS/V-2024 TANGGAL 14 MEI 2024.  Seluruh jajaran pengurus Perkumpulan Barisan Supian…

Selamat Ginting: Jurnalisme Investigasi Berkontribusi Terhadap Pemerintahan Demokrati

Kastara.Id,Jakarta - Pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting menegaskan, jurnalisme investigasi keberadaannya sangat penting…

Selamat Ginting : Demokrasi Asli Indonesia Sumbernya Semangat Kolektivisme

Kastara.Id,Jakarta - Pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengungkapkan, demokrasi asli Indonesia sumbernya adalah…