Kastara.id, Jakarta – Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 7,1 persen dari penduduk Indonesia mengidap hepatitis B, bahkan sebagian besar tidak menyadarinya sampai timbul komplikasi.

Menurut Kasubdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Kementerian Kesehatan dr. Setya Dwisangka, hepatitis merupakan proses peradangan sel hati yang tidak memiliki gejala yang signifikan, yang paling umum adalah keletihan.

“Penyebab paling banyak adalah virus hepatitis, perlemakan hati, alkohol, obat-obatan, parasit, serta virus-virus lain seperti dengue, herpes, dan lainnya. Kalau dari sisi virus 100x lipat dari HIV,” kata dr. Setya di Jakarta, Rabu (26/7).

Setya melanjutkan, hepatitis B akan kronis menjadi gagal hati atau kanker dan satu dari empat pengidap akan meninggal tanpa deteksi.

Ada dua cara penularannya yaitu akut dan kronis. Untuk yang pertama akut (baru), seperti fisik menguning, mata kuning untuk hepatitis A/E namun bisa sembuh dengan sendirinya namun menular.

Menurutnya, yang dikhawatirkan sering menular melalui kotoran ke mulut. Sedangkan untuk kronis (silent killer) paling banyak di Indonesia untuk hepatitis B dan tidak ada gejala.

Penyerangan melalui kotoran ke mulut, pembawa hepatitis A/E, membuang kotoran sembarangan, menyentuh makanan/benda tanpa cuci tangan menggunakan sabun hingga virus tersebut terbawa ke makanan yang akan dikonsumsi.

Selain itu juga ada penularan melalui cairan, dari ibu ke anak pada masa kehamilan, dari anak ke anak tiga hingga lima persen, transfusi darah, penggunaan jarum yang tidak aman, hubungan seks tidak aman, serta kontak darah dengan darah.

“Sasaran kami saat ini yang paling utama adalah ibu hamil karena 95 persen ibu hamil potensial mengalami hepatitis. Kemudian tenaga kesehatan karena berhubungan darah dengan darah, penasun, pekerja seks, LGBT, ODHA, pasien IMS, hemodialisis, serta warga binaan,” ujar dr. Setya. (nad)