Haji 2019

Kastara.ID, Madinah – Siang itu, Kamis (25/7) kami tim Media Center Haji bermaksud untuk mengambil gambar di Klinik Kesehatan Haji Indonesia Daerah Kerja Madinah. Konsultan bimbingan ibadah Bapak Tulus Sastrowijoyo sebagai narasumber paket video juga telah menyatakan kesiapannya sejak kemarin.

Saat itu jam menunjukkan pukul 14.00 Waktu Arab Saudi, di tengah cuaca Madinah yang mencapai 45 Derajat Celcius, kami pun bergegas ke KKHI.

Setiba di KKHI, setelah meminta izin pada pihak KKHI Madinah, kami mulai merekam video di lobi KKHI. Proses rekaman tidak berlangsung lama, seusai rekaman, penanggung jawab evakuasi dan tanazul, dr Itah Sri Utami menghampiri kami.

“Pak Tulus, kita siap-siap evakuasi jemaah dari RS King Fahd ya,” ujarnya.

“Lho, informasi yang saya terima, jemaah yang mau berangkat ke Makkah jam 15 akan digabungkan dengan jemaah yang diberangkatkan jam 18,” ujar Pak Tulus yang terlihat kaget.

dr Itah menjelaskan bahwa pihak KKHI memutuskan untuk tetap memberangkatkan jemaah yang berasal dari embarkasi Surabaya itu, karena jam 18.00 WAS nanti sudah terjadwal tiga jemaah yang akan diberangkatkan ke Makkah.

Kami pun bergegas menaikki mobil menuju RS King Fahd Madinah dan jaraknya tempuhnya mencapai 10 menit perjalanan.

Tiba di ruang ICU, seorang bapak setengah baya terbaring, tubuhnya telah terbalut kain ihram. Jemaah haji yang berangkat dari embarkasi Surabaya ini telah menjalani operasi di bagian kepalanya beberapa waktu yang lalu.

Sebelum dievakuasi, Pak Tulus membimbing jemaah itu untuk berniat ihram, namun gerak mulutnya tidak menunjukkan tanda-tanda si bapak mengikuti niat ihram. “Mungkin nanti kita coba bimbing lagi saat di Ambulans, sebelum berangkat ke Makkah,” ujar Pak Tulus.

Bersama beberapa dokter KKHI Madinah, kami pun mulai mengevakuasi pasien tersebut menuju mobil Ambulans KKHI yang telah bersiap di depan pintu RS. Kepada dr Novita, saya bertanya, apakah jemaah ini sudah kuat untuk melakukan perjalanan dari Madinah ke Makkah?.

dr Novita menjelaskan menurut para dokter RS King Fahd, bapak ini sudah siap untuk diberangkatkan ke Makkah, karena kondisinya sudah stabil.

Tiba di Ambulans, jemaah masih terbaring di velbed yang sama sejak dipindahkan dari ruang ICU. Pak Tulus kembali menjalankan tugasnya, dibisikkannya kata-kata “Ikuti bapak, bismillahirahmannirrahiim…nawaitul umrotta waahrontu biha lillahita’alaa. Tempat tahalul ku, di mana aku berhalangan,” tampak bibir jemaah bergerak mengikuti ucapan Pak Tulus.

“Alhamdulillaaah,” ucap Pak Tulus, para dokter, perawat, sopir dan saya yang mulai berkaca-kaca.

“Ok kita persiapan keberangkatan,” ujar dr Novita yang akan menyertai proses evakuasi jemaah ke Makkah bersama seorang perawat. Sesaat pintu ambulans ditutup dan melaju ke Makkah, saat itu jam sudah menunjukkan pukul 16.30 dan cuaca Madinah masih di angka 45 Derajat Celicius.

Ingin rasanya melihat si bapak berhenti di Bir Ali untuk miqat, namun kami memutuskan untuk kembali ke Kantor Urusan Haji Madinah karena pukul 17.00 WAS tim Media Center Haji akan meliput kegiatan di sektor 3 Madinah.

Di perjalanan pulang, saya bertanya pada Pak Tulus, bagaimana sesungguhnya proses evakuasi jemaah haji Indonesia yang tengah dirawat di KKHI maupun RS Arab Saudi ke Makkah?

“Kami konsultan bimbingan ibadah akan koordinasi seksi evakuasi dan tanazul di KKHI Madinah,” ujar Pak Tulus yang rutin berkunjung ke KKHI untuk menjenguk dan membimbing para jemaah haji Indonesia yang tengah terbaring sakit.

“Setelah ditetapkan bahwa hari H umpamanya akan diberangkatkan 3 orang jemaah, maka kami konsultan bimbingan ibadah akan datang ke KKHI melakukan bimbingan terhadap jemaah haji yang akan dievakuasi,” imbuhnya.

Ia menjelaskan bahwa ada dua kondisi jemaah yang akan dievakuasi, yang pertama apabila kondisinya sudah membaik/sehat maka jemaah tersebut akan diminta mandi kemudian berwudhu, setelah itu dibimbing untuk memakai ihram, dan melafalkan niat umrah. Sedangkan untuk jemaah yang kondisinya masih perlu perawatan lebih lanjut maka niatnya akan diisytiratkan.

“Apabila nanti sudah sampai di Makkah, jemaah tersebut tidak bisa langsung melaksanakan umrahnya, maka dilakukan tahalul, dibuka kain ihramnya,” jelasnya.

“Bahwa tempat tahalul ku bilamana aku terhalang, kalimat itu yang sering kita bimbing,” imbuh konsultan Bimbad Madinah ini.

Menurutnya, jemaah haji sakit yang setibanya di Makkah tidak bisa langsung melaksanakan umrah dan akan dilakukan tindakan oleh dokter, maka ihramnya akan dilepas dan mereka tidak dikenakan denda (dam).

“Alhamdulillaah, berkat campur tangan Allah, hari ini kita bisa membimbing jemaah tadi,” ujarnya

“Coba kalau tadi kita engga rekaman di KKHI,” ucap Pak Tulus dengan senyum terkembang di bibirnya. (put)