M. Nur Kholis Setiawan

Kastara.ID, Makkah – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin telah mencanangkan tahun 2020 sebagai tahun peningkatan kualitas bimbingan ibadah haji. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyempurnakan buku panduan manasik jemaah haji Indonesia. Untuk itu, Kemenag mulai menggali ide bagi penyempurnaan buku manasik tersebut.

Hal ini dikemukakan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama M. Nur Kholis Setiawan usai berdiskusi dengan sejumlah konsultan dan pembimbing ibadah di Makkah. “Ini bagian dari shopping of ideas. Saya sebagai Sekretaris Jenderal lebih memposisikan diri sebagai orang yang sedang menggali informasi, realitas-realitas di lapangan,” kata M. Nur Kholis, Ahad (25/8).

Sekjen M. Nur Kholis menuturkan, dalam tiga hari kunjungannya di Makkah, ia akan berkeliling ke sektor-sektor hotel jemaah untuk mengetahui kondisi nyata yang terjadi selama pelaksanaan ibadah haji 1440H/2019M. Termasuk di dalamnya adalah menggali informasi terkait pelaksanaan manasik haji.

“Kita banyak diskusi dengan pembimbing dan konsultan ibadah. Sebagian besar dari mereka banyak juga yang berlatar belakang akademisi dan pemikir keislaman. Sehingga, diskusi kita lebih banyak kepada wacana arena keislaman, yang dilandasi oleh realitas-realitas penyelenggaraan ibadah haji,” papar Nur Kholis.

Salah satu bahasan diskusi adalah terkait manasik melempar jamarat. Fakta di lapangan, banyak jamaah ingin memilih afdhaliyat, yakni setelah duhur, dan tidak memperhatikan tingkat kesulitan atau masyaqatnya. “Bahasan tentang pentingnya mengedepankan maslahah atas masyaqqah dalam ibadah perlu ada di buku manasik sehingga bisa menjadi pegangan jemaah,” tuturnya.

Diskusi ini, menurutnya, penting untuk dilakukan, karena para konsultan dan pembimbing ibadah merupakan orang-orang yang cukup mengetahui praktik manasik jemaah haji di lapangan. M Nur Kholis berharap, dengan pengalaman empirik yang dimiliki para konsultan ibadah, maka ke depan akan terwujud buku manasik haji yang lebih komprehensif.

“Menjadi keniscayaan bagi kami di Kemenag untuk melakukan kajian-kajian akademik berbasis realitas terkait dengan pengalaman ibadah haji 2019, yang nantinya akan kita gunakan untuk menyempurnakan buku manasik yang dimiliki oleh Kemenag,” tutur Nur Kholis.

“Ini sebagai tahap awal untuk mengidentifikasi. Nanti akan diperdalam di tanah air, sehingga bisa diinventarisir bagian bagian mana saja dalam buku manasik yang perlu disempurnakan agar bisa menjadi panduan yang lebih komprehensif,” tutupnya. (put)