Emak-emak

Oleh: M. Nigara

TAK berlebihan jika saya dan kita semua mengucapkan terima kasih pada emak-emak. Ya, emak-emak sangat luar biasa. Tak kenal lelah dan tak kenal rasa takut. Sekali lagi, terima kasih Emak-Emak.

Hebatnya, bukan hanya emak-emak, rakyat juga kembali terpanggil untuk bergerak. Mereka seperti terlihat di medsos, di banyak grup-grup, begitu dahsyat. Mereka saling bahu-membahu untuk menjaga dan membongkar segala keburukan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang patut dapat diduga sebagai eksekutor kecurangan.

Brutal dan memalukan. Kecurangan yang dilakukan tidak lagi dengan sembunyi-sembunyi. Mereka angkut, mereka pindahkan, bahkan mereka bakar kotak C-1.

Tapi, mereka lupa, Allah tidak pernah tidur, dan Allah selalu punya cara sendiri untuk mengungkap kejahatan-kejahatan yang sudah keterlaluan.

Keterlaluan? Ya, sangat keterlaluan. Terasa betul adanya upaya untuk memenangkan paslon 01. Kesan memaksa, terasa betul. Tak heran, kemudian muncul berbagai versi penggiringan. Dana Desa yang dinaikkan di saat kampanye, keterlibatan BUMN, aktifnya lembaga-lembaga survey yang tak wajar, dan lain-lain.

Tak heran ketika pilpres sudah berlangsung, kita menyaksikan lebih banyak kebrutalan. Semua itu bisa kita saksikan di video-video dalam dunia medsos. Tumpukan C-1 presiden yang dicoblos dan dimasukkan ke kotak secara tidak sah, sampai membongkar kotak-kotak suara di pinggir jalan. Semua bukti kejahatan terlihat secara jelas.

Dari ratusan video di medsos, saya mengambil satu contoh yang sangat menarik. Adalah dua orang emak-emak dengan keberanian yang luar biasa melakukan penggerebekan pemindahan kotak suara di Bekasi Selatan, pada pukul 02.30. Gilanya, pemindahan diam-diam itu dikawal aparat kepolisian.

Kedua emak-emak ini pun dapat membuktikan bahwa puluhan bahkan mungkin ratusan kotak suara presiden sudah terbongkar. Patut dapat diduga isinya sudah ditambah atau dikurangi. “Lihat ini, sudah tidak ada kuncinya, kertas-kertas suara juga berantakan!” katanya tanpa rasa takut.

Emak lainnya mengingatkan polisi yang menjaga kegiatan ilegal itu untuk netral. “Ingat sumpahnya gak? Aparat itu disumpah, dan harus netral!” tegasnya.

Adegan lain, dua karyawan warung modern, mengintip adegan kejahatan. Sebuah mobil berhenti tak jauh dari warungnya, lalu dua orang yang jika kita lihat gerak-geriknya, sangat dekat dengan gerakan aparat terlatih. Mereka membongkar kotak-kotak suara tanpa ragu dan tanpa rasa malu.

Now or Never
Adegan-adegan perlawanan yang lain juga sudah semakin terlihat. Kumpulan emak-emak di Palembang, di Medan, di Jakarta, dan daerah lainnya, sudah mendatangi KPU dan Bawaslu. Bahkan emak-emak di Bali, tak ragu untuk mendeklarasikan kemenangan Prabowo-Sandi. Padahal di Pulau Dewata itu paslon 02 kalah.

Dari Surakarta, daerah merah, tempat sang petahana, sebagian rakyatnya juga sudah mengumandangkan sumpah untuk mempertahankan dan menjaga kemenangan Prabowo-Sandi.

Madura, jangan ditanya. Rakyat Pulau Garam sudah dua kali melakukan karnaval kemenangan. Daerah-daerah lain tampaknya akan segera menyusul. Hal itu dilakukan karena KPU dan Bawaslu seperti tak mau mengakui fakta-fakta busuk itu. Gerakan keduanya sangat terasa seperti sedang membela paslon lainnya.

“Kalau mereka saja mati-matian berbuat curang, mengapa kita tidak mati-matian membela kebenaran!” tukas Prabowo di Padepokan Silat, TMII, Jakarta, Rabu (23/4) ketika menerima deklarasi kemenangan dari 4000 relawan.

Ya, now or never, ya sekarang atau tidak sama sekali. Gerakan rakyat untuk melawan kecurangan harus terus ditingkatkan. Jika perlu, gerakan dilakukan serentak dari seluruh provinsi agar menarik perhatian dunia internasional.

Khusus kepada emak-emak di mana pun berada. “Mak, di tanganmulah nasib bangsa Indonesia ini berada. Mak, pimpinlah kami anak-anakmu untuk merebut kembali kemenangan bangsa Indonesia yang tengah dirampok. Mak, teruslah bergerak! Jika perlu jutaan anggotamu menduduki KPU-KPU dan Bawaslu-Bawaslu di seluruh Nusantara!”

Dalam catatan sejarah dunia, tak satu pun pemerintah yang bisa mengalahkan gerakan rakyat yang masif. Apalagi jika gerakan rakyat itu untuk membela kebenaran. Dan jika emak-emak yang berada di depan, maka ini akan menjadi yang pertama di dunia.

Ayoooo Mak lanjutkan! (*)

*Wartawan Senior