Kastara.id, Jakarta – Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Daniel Johan menilai, kenaikan harga garam terjadi karena kesalahan manajemen.

Contohnya satu bal garam bermerek Zebra berisi 10 bungkus beberapa bulan lalu dijual Rp 15.000, lalu naik menjadi Rp 25.000 dan saat ini sudah menyentuh angka Rp 77.000 per bal. Kenaikan ini sudah terjadi sejak dua bulan terakhir.

Melihat kondisi tersebut, Daniel meminta Menteri Kelautan dan Perikanan perlu membuka mata dan hati. “Sebab masalah ini sebenarnya sudah diketahui sejak tahun lalu. Artinya data produksi sudah ada, data kebutuhan juga ada dan Menteri KP sudah paham ada kekurangan. Solusinya buka mata, buka kuping, dan buka hati,” ujarnya di Jakarta, Kamis (27/7).

Ketika ditanya apakah masalah ini pernah dibahas dengan Menteri KKP menurut Daniel, sudah dibahas dalam raker pada masa sidang belum lama ini, dan didesak lagi solusi apa yang segera dilakukan.

Menurutnya, akibat krisis garam, kini semua masyarakat terdampak, tidak hanya masyarakat menengah ke bawah, juga kalangan industri. Sekarang kapal-kapal ikan mangkrak, arena bahan utama untuk melaut adalah garam untuk es. “Sekarang harga garam lebih mahal ketimbang solar. Sebentar lagi mangkrak sebab kalau jalan (melaut) akan rugi. Akibatnya ikan kosong dan harga naik, percaya deh,” kata Daniel mengingatkan.

Meski Indonesia sebagai negara pantai, tetapi bukan potensi garam yang baik lantaran cuaca. Terlalu banyak curah hujan dan di negara tropis terlalu lembab sehingga garam yang dihasilkan tidak berkualitas.

Berbeda dengan Australia, garam seperti tambang tinggal dikeruk hasilnya sudah standar industri pada angka 98 ke atas. Di Indonesia rata-rata 96, 95 97 sehingga harus diolah kembali. Pengolahannya yang membuat mahal bisa tiga kali lipat dari Australia. (mar)