Kastara.ID, Jakarta – Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mendorong mahasiswa bagian dari kaum intelektual untuk terus menjadi penggerak pemberantasan korupsi.

Karenanya, dalam kuliah di kampus harus senantiasa mencerminkan semangat anti korupsi dalam hal apa pun. Misalnya, tidak menitip absen atau mengerjakan tugas kuliah dengan menjiplak hasil karya orang lain dan sebagainya.

“Belajar di kampus sebagai jenjang akhir pendidikan resmi, mahasiswa tidak boleh lepas dari belajar tanggung jawab dan percaya terhadap kemampuan diri sendiri. Itulah ciri intelektual,” demikian Bamsoet dalam hari lahir Spesialisasi Mahasiswa Anti Korupsi (SIMAK) ke-8 di STIAMI, Jakarta, Senin (28/1).

Hal itu penting kata politisi Golkar itu, karena jika sudah jujur terhadap hal-hal yang kecil, akan jujur pula terhadap perkara yang besar.

Karena itu Bamsoet mengapresiasi kehadiran SIMAK yang sudah menginjak usia ke-8 tahun. Perjalanan satu windu tersebut tentu sudah menghasilkan banyak hal dalam diri para anggota maupun sesama mahasiswa.

“Jadi, SIMAK tidak boleh hanya berhenti pada usia satu windu. Namun, harus menembus lebih dari satu dekade. Sehingga bisa terus membangun budaya antikorupsi, bukan hanya di lingkungan kampus, melainkan juga di kehidupan masyarakat secara luas,” ujarnya.

Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi bisa dikelompokkan dalam empat cluster. Antara lain di lingkungan keluarga, lingkungan kampus, masyarakat sekitar, serta di tingkat lokal dan nasional.

Apalagi lanjut Bamsoet, lingkungan keluarga dipercaya menjadi tolok ukur pertama dan utama bagi mahasiswa agar bisa menguji, apakah proses internalisasi antikorupsi di dalam diri mereka sudah terjadi?

“Dengan demikian mahasiswa bisa menjadi pribadi yang tidak hanya pintar secara intelektual, namun juga bagus dalam hal moral dan kejujuran,” pungkasnya. (danu)