Emmanuel Macron(AP: Emrah Gurel)

Kastara.ID, Jakarta – Berbagai pihak meminta pemerintah Indonesia bersikap atas tindakan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang telah melakukan penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia seharusnya tidak hanya diam. Presiden Joko Widodo (Jokowi) didesak mengutuk tindakan Macron.

Desakan salah satunya datang dari Wahdah Islamiyah. Melalui surat pernyataan yang ditandatangani langsung Ketua Umum Muhammad Zaitun Rasmin (27/10), Wahdah Islamiyah meminta pemerintah Indonesia memulangkan Duta Besar Prancis dan menutup kedutaan besarnya di Jakarta.

Wahdah menilai kecintaan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam adalah bagian dari keislaman yang melekat pada diri setiap muslim. Wahdah menyebut kejadian itu sebagai penistaan dan penghinaan yang memicu kemarahan umat Islam.

Wahdah juga menyerukan seluruh umat Islam memboikot produk Prancis. Boikot juga dilakukan terhadap semua pihak yang mendukung tindakan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.

Desakan serupa juga datang dari Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Luqman Hakim. Melalui unggahan di akun twitternya @LuqmanbeeNKRI (26/10), Luqman meminta Presiden Jokowi menyatakan sikap atas pernyataan kontroversial Macron.

Luqman menegaskan, Jokowi adalah Presiden negara muslim terbesar. Jika Jokowi tidak bersikap, Luqman khawatir publik menilai Jokowi hanya memanfaatkan umat Islam saat pemilihan presiden (Pilpres) saja. Sudah banyak pemimpin negara Islam lain yang menuntut Macron meminta maaf. Tapi menurut Luqman sampai saat ini Jokowi belum melakukan hal tersebut.

Ekonom senior Faisal Basri juga mendesak hal yang sama. Melalui cuitan di akun twitternya, @FaisalBasri, Senin 26 Oktober 2020, ia menyatakan mengutuk sikap Macron. Pasalnya Presiden Prancis itu menyatakan tidak akan melarang penerbitan kartun Nabi Muhammad.

Faisal berharap pemerintah Indonesia menekan pemerintah Prancis agar meminta maaf kepada umat Islam di seluruh dunia. (ant)