Debora

Kastara.ID, Jakarta – Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak akhir tahun 2018 hingga awal tahun ini terjadi tidak hanya disebabkan oleh nyamuk, melainkan perilaku manusia yang tidak melakukan pola hidup sehat dan acuh pada lingkungan yang menjadi tempat sarang nyamuk.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Oscar Primadi mengatakan,  upaya perubahan perilaku memang harus dilakukan dalam menyikapi DBD. Perilaku tersebut misalnya membiarkan pakaian bekas pakai tergantung, tidak menguras bak, membiarkan genangan air di sekitar tempat tinggal.

“Belum lagi saat ini telah masuk musim hujan dengan potensi penyebaran DBD lebih tinggi. Jika kita tidak peduli dengan lingkungan, tidak mau menguras bak mandi, apalagi ban-ban bekas banyak dibiarkan di dekat pemukiman, botol-botol bekas, kaleng-kaleng bekas, dan plastik-plastik bekas minuman kemasan dapat meningkatkan jumlah penyebaran DBD,” kata Oscar (29/1).

Kemenkes, tambah Oscar, sudah memahami bahwa akan terjadi lonjakan-lonjakan kasus DBD. Karena itu pada November 2018 Kemenkes telah mengirimkan surat edaran kewaspadaan peningkatan kasus DBD kepada semua gubernur.

Kemenkes juga mengirimkan logistik seperti insektisida, larvasida ke daerah-daerah. Selain itu pemerintah daerah telah melakukan upaya pencegahan DBD seperti penyelidikan epidemiologi dan penyuluhan, semuanya dilakukan secara komprehensif.

Pemerintah daerah juga telah membentuk kelompok kerja operasional (Pokjanal) dalam mengatasi masalah DBD di daerahnya masing-masing. Selain itu disiagakan juga rumah sakit untuk merawat pasien DBD, karena penderita DBD perlu perawatan intensif di rumah sakit.

“Dalam kondisi seperti ini, semua pihak harus peduli, tidak hanya berharap pada pelayanan kesehatan, tidak hanya berharap pada petugas kesehatan, tapi juga aktivitas Pokjanal DBD di daerah ini harus dikerahkan karena persoalannya adalah lingkungan, tanpa sadar kita membiarkan nyamuk bersarang di lingkungan kita karena tingkat kepedulian rendah,” kata Oscar. (put)