Kastara.ID, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong implementasi pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri melalui pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan industri. Sebagai tindak lanjut dari fasilitasi kerja sama antara SMK dan pelaku usaha, Kemenperin memfasilitasi pelatihan guru produktif dari program tersebut di Institute of Technical Education (ITE) Singapura.

“Program ini merupakan hasil kerja sama antara Kemenperin dengan Temasek Foundation dan ITE Educational Service (ITEES) dalam rangka revitaliasi SMK yang dilakukan Kemenperin,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, Selasa (30/7).

Sebagai realisasi kerja sama tersebut, ITEES melatih 99 kepala sekolah dan guru produktif SMK melalui program Leaders Training Workshop (Workshop Pelatihan Kepemimpinan/LTW) untuk 25 pemimpin dan manajemen TVET serta Technical Skill Upgrading Program(Program Peningkatan Keterampilan Teknis/TSUP) di bidang teknik mesin, teknik listrik, dan otomasi industri untuk total 74 guru produktif di bidang pendidikan teknik dan vokasi (TVET). “Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan profesional guru dan perangkat manajemen sekolah kejuruan untuk mengelola unit TVET di Indonesia secara profesional,” ujar Eko.

Setelah berpartisipasi dalam program pelatihan, para peserta wajib melakukan multiplier workshop dalam program Post-training Sharing Workshop (PSW) untuk guru lain dengan rasio 1:3. Targetnya, ada tambahan sekitar 300 orang guru dan perangkat manajemen sekolah kejuruan yang meningkat kemampuannya di bidang TVET melalui program tersebut. Evaluasi program dilakukan secara langsung Bersama tim ITEES Singapura pada kegiatan PSW. Selain itu, Kemenperin juga bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk melakukan evaluasi terhadap kelanjutan program tersebut.

Kepala BPSDMI menyampaikan, ada 2.612 SMK yang masuk dalam program kerjasama link and match SMK dan industri. “Kami mengharapkan program pelatihan ini bisa direplikasi dan bisa dimultifikasi dengan sekolah-sekolah yang telah mendapatkan pelatihan akan ini menjadi role model di daerahnya,” jelasnya. Untuk tahap pelaksanaan pelatihan selanjutnya, Kemenperin akan melakukan seleksi yang lebih ketat terhadap guru-guru yang akan mengikuti pelatihan.

Eko memaparkan, pengembangan SDM industri dilakukan melalui penguatan sistem pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan yang berorientasi pada kebutuhan pasar tenaga kerja (demand driven). Selain dengan Singapura, dalam pelatihan SDM industri, Kemenperin juga telah bekerja sama dengan  negara lain seperti Taiwan, Swiss dan Jerman serta sedang menjajaki kerja sama dengan beberapa negara industri maju lainnya.

Fokus Pemerintah

Deputi Sekretaris Kabinet (Seskab) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Yuli Harsono mengatakan, dalam lima tahun ke depan pemerintah sedang membangun grand design rencana aksi untuk pendidikan vokasi, Beberapa kriteria yang ditetapkan dalam rancangan tersebut antara lain, harus memenuhi permintaan pasar kerja, dunia usaha dan dunia industri. “Saat ini pemerintah telah melakukan indentifikasi, misalnya berapa jumlah yang diperlukan dunia usaha, jenis pekerjaannya apa, sehingga ke depannya bisa ditetapkan secara nasional, setelah itu dilakukan revitalisasi vokasi,” ujar Yuli.

Chief Executive Officer (CEO) Temasek Foundation Internasional, Benedict Cheong mengungkapkan, sejak 2007 Temasek Foundation telah berkomitmen memberikan pelatihan, terutama di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, dan administrasi publik di seluruh Asia. “Kami mendukung 56 program di Indonesia dengan total komitmen USD 18 juta,” ungkapnya.

Temasek Foundation yakin bahwa semua orang di Asia terkoneksi, sehingga penting untuk bekerja bersama untuk mendatangkan lebih banyak kemakmuran untuk Asia. Lebih lanjut, pendidikan teknik dan vokasi sangat penting bagi negara agar mampu membangun angkatan kerja yang kompeten sesuai kebutuhan industri.

CEO ITEES Singapura Bruce Poh menyebutkan, para guru SMK yang telah menjalani pelatihan saat ini menjadi bagian dari para spesialis yang berperan penting dalam peningkatan kualitas TVET di Indonesia. “Pendidikan dan pelatihan vokasi penting untuk sektor sosial ekonomi dan pembangunan di Indonesia. Usaha luar biasa Kemenperin untuk memperoleh TVET berkualitas terlihat dari komitmen yang kuat pada implementasi proyek ini,” tandasnya.

Pelatihan guru SMK produktif tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto ke kampus ITE pada Maret 2017. Untuk memperdalam program TVET di Singapura, dalam pertemuan tersebut disepakati kerja sama antara Kemenperin dan ITE Singapura untuk mengembangkan pendidikan kejuruan yang berorientasi industri di Indonesia.

Selanjutnya, pada pertemuan Retret Pemimpin pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura pada 7 September 2017 di Singapura, Menteri Perindustrian RI dan Menteri Pendidikan Tinggi Singapura yang mewakili kedua negara menandatangani Nota Kesepahaman tentang kerja sama pengembangan pendidikan kejuruan untuk industri. Momen ini disaksikan langusng oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Singapura.

Penandatanganan Nota Kesepahaman itu juga ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian teknis antara Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian dengan ITE Singapura dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Departemen Perindustrian dengan ITEES Singapura. (mar)