Jacob Blake(insider.com)

Oleh: Jaya Suprana

SEMULA saya tidak tahu siapa Jacob Blake sampai dengan saat manajer MURI, Osmar Semesta Susilo berbagi sebuah rekaman video menampilkan adegan beberapa polisi Amerika Serikat menembak mati seorang warga Afrika-Amerika. Adegan video tersebut sedemikian sangat mengerikan sehingga semula saya duga sekedar merupakan sebuah adegan film action horror Hollywood garapan Quentin Tarantino yang terbaru. Ternyata bukan.

Kenosha
Pada tanggal 23 Agustus 2020 sekitar pukul 17.30 waktu setempat, di Kota Kenosha, Wisconsin USA, Jacob Blake ditembak tujuh kali oleh seorang polisi bernama Rusten Sheskey di hadapan tiga anak Jacob Blake yang menyaksikan ayah mereka dibunuh secara keji.

Saya sengaja tidak membaca berita-berita apalagi gosip medsos lebih lanjut karena peristiwa itu terlalu mengerikan sehingga sulit dipercaya bahwa benar benar terjadi sebagai suatu kenyataan.

Juga agar saya tidak harus menghadapi upaya pembenaran penguasa yang potensial membantah keyakinan saya bahwa seorang ayah ditembak mati oleh polisi di hadapan tiga anak sang ayah merupakan peristiwa amat sangat terlalu biadab.

Sewajibnya apabila beradab maka Presiden Amerika Serikat harus memohon maaf kepada para sanak keluarga yang ditinggalkan Jacob Blake akibat pembinasaan kejam dan bengis yang dilakukan aparat negara terhadap Jacob Blake.

Jangan bilang Blake membawa pisau. Jangan bilang Blake punya rekam jejak kriminal. Jangan bilang kaum kulit hitam adalah sampah masyarakat maka hukumnya wajib dibasmi habis!

Apa pun alasannya, jelas bahwa tanpa kompromi sedikit pun suatu perilaku pembunuhan manusia oleh manusia tidak dapat dibenarkan secara hukum, keadilan, moral apalagi agama. Maklum Amerika Serikat tidak menganut falsafah Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.

Belasungkawa
Saya tidak berdaya apapun kecuali menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Jacob Blake. Saya mengungkap belarasa prihatin kepada bangsa, negara dan rakyat Amerika Serikat yang sedang dirundung malapetaka kemanusiaan berbarengan dengan prahara pageblug Corona.

Saya tidak mengabaikan amanat penderitaan manusia di negeri saya sendiri. Sebagai warga Indonesia, saya merasa prihatin bahwa rakyat miskin serta masyarakat adat yang di tengah derita akibat pagebluk Corona makin menderita akibat penggusuran atas nama pembangunan di berbagai pelosok Nusantara masa kini.

Dengan penuh kerendahan hati saya bersujud memohon Tuhan Yang Maha Esa berkenan menganugrahkan Kekuatan Lahir Batin beserta Nurani Kemanusiaan kepada segenap aparat pemerintah dan penegak hukum di negeri tercinta saya sendiri sehingga mampu gigih berjuang menunaikan Jihad Al Nafs demi TIDAK melakukan tindakan kekerasan berupa penggusuran, penindasan, penangkapan, penganiayaan apalagi pembinasaan sesama warga Indonesia yang jelas merupakan pelanggaran terhadap ajaran agama serta Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. AMIN. (*)

* Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan.