Nahdlatul Ulama

Oleh: Tony Rosyid

PPP dan PKB punya ceruk yang sama yaitu warga Nahdlatul Ulama alias NU. Sejak Orde Reformasi, lahirnya PKB menjadi pesaing terberat bagi PPP. PKB yang mengklaim sebagai partainya “wong NU” telah menjadi ancaman cukup serius bagi masa depan PPP.

Persaingan cukup ketat antar dua partai ini terutama di Jawa Tengah (27 juta pemilih) dan Jawa Timur (30 Juta pemilih). Dua wilayah ini, selain padat penduduk, merupakan basis kaum Nahdliyin.

Untuk bersaing dengan PKB, PPP mesti menggarap NU kultural dan NU struktural. NU kultural bisa didekati dengan pertama, membangun “relasi fungsional” dengan basis-basis NU terutama pesantren-pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Harlah PPP ke-49 (27/3) di Pondok Pesantren Al-Hikam Malang Jawa Timur bersamaan dengan Haul ke-5 KH Hasyim Muzadi di merupakan langkah taktis.

Pesantren Al-Hikam adalah pesantren yang didirikan oleh almarhum K Hasyim Muzadi, mantan Ketum PBNU. KH Hasyim Muzadi adalah ulama NU yang memiliki pengaruh cukup luas di kalangan warga Nahdliyin, terutama Jawa Timur.

Harlah ke-49 PPP yang bersamaan dengan Haul  ke-5 KH Hasyim Muzadipada hari minggu yang lalu juga menjadi pesan silaturahmi PPP dengan para Santri serta kelompok masyarakat yang memiliki hubungan dengan KH Hasyim Muzadi.

Kedua, merekrut tokoh-tokoh NU berpengaruh dan memiliki basis massa untuk menjadi caleg PPP, baik di daerah maupun pusat. Ini akan lebih efektif manakala PPP menyiapkan logistiknya.

Selain NU kultural, PPP mesti mampu menembus NU struktural. NU struktural kendalinya ada di PBNU. Relasi PPP dengan PBNU akan memiliki dampak politik di tingkat grass root.

Hadirnya Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di Harlah PPP Malang Jawa Timur kemarin merupakan ikhtiar yang akan memberi pesan politik kepada warga Nahdliyin bahwa PPP adalah bagian dari keluarga Nahdliyin.

Mengingat bahwa KH Yahya Staquf pernah menjadi Sekretaris PPP Cabang Rembang dan juga masih satu daerah dengan Sekjen PPP yaitu Arwani Thomafi yang sama-sama berasal dari Rembang, akan memudahkan untuk membangun hubungan emosional dan fungsional antara PBNU dan PPP.

Dengan hadirnya Ketum PBNU KH Yahya Tsaquf, Sekjen PBNU Saefullah Yusuf, Wakil Rois Am PBNU Afifuddin Muhajir, dan Ketua Muslimat NU Khofifah Indraparawansa di Harlah PPP ke-49 kemarin akan dapat membuka jalan lapang bagi PPP untuk masuk di NU struktural dari pusat hingga ke tingkat bawah. Bahkan PPP bisa masuk juga ke Ansor, IPNU dan PMII yang notabene menjadi organisasi underbow NU.

Jika PPP secara konsisten menggarap warga Nahdliyin, khususnya di Jateng dan Jatim dengan memanfaatkan hubungan baiknya dengan PBNU, ini akan ikut membantu mengembalikan suara PPP yang sempat hilang di Pemilu 2019. (*) 

* Penulis adalah pengamat politik dan pemerhati bangsa.