Oleh: Ena Nurjanah

HARI Raya Idul Fitri tinggal menghitung hari. Masyarakat kini sudah mulai melakukan perjalanan menuju kampung halaman atau yang biasa dikenal dengan istilah mudik.

Mudik menjadi ritual tahunan yang hampir pasti dan tidak akan pernah terlewatkan bagi masyarakat Indonesia. Budaya timur yang tak lekang oleh waktu, keterikatan kuat dengan orangtua, keluarga, kerabat dan sanak saudara di kampung halaman.

Mudik sejatinya menyatukan setiap masyarakat Indonesia dalam keguyuban. Kegiatan mudik yang penuh dengan persiapan dari berbagai aspek menjadi satu ritual besar bangsa ini. Unsur pemerintahan berbenah dengan berbagai upaya memberikan layanan masyarakat yang prima.

Pemerintah sudah semestinya mampu mempersiapkan sarana dan prasarana dengan sangat baik. Sudah selayaknya tingkat kecelakaan semakin menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dan, tidak seharusnya terjadi pengulangan kasus kecelakaan yang sama akibat dari minimnya antisipasi.

Frekuensi pengguna jalan dan berbagai transportasi yang cukup tinggi memang tidak menutup kemungkinan kecelakaan terjadi, namun seharusnya bisa diminimalisir dengan persiapan dan antisipasi sebaik mungkin dari pihak pemerintah.

Ketika melakukan perjalanan mudik para orang tua biasanya membawa serta anak-anak. Perjalanan mudik yang panjang dan melelahkan seharusnya juga bisa diantisipasi oleh para orangtua.

Kebutuhan makan dan minum yang cukup bagi anak selama dalam perjalanan harus diperhatikan dengan baik oleh para orang tua. Jangan memaksakan anak harus berpuasa dalam situasi darurat, karena anak akan lama berada di dalam mobil atau kendaraan.

Hal ini akan membuat anak kelelahan dan cenderung mengalami kekurangan cairan tubuh. Belum lagi jika menggunakan kendaraan umum yang kurang nyaman bagi anak, kendaraan yang penuh sesak membuat anak-anak berhimpitan dalam kendaraan, maka akan semakin beratlah kondisi fisik yang dialami oleh anak.

Selama dalam perjalanan, para orang tua juga harus tetap mengawasi anaknya. Membawa anak ke dunia luar harus meningkatkan kewaspadaan para orang tua. Anak-anak terutama balita harus tetap berada dalam pengawasan dan dekat orangtua mereka. Berbagai bentuk kejahatan ataupun kecelakaan pada anak bisa terjadi karena pihak orang tua yang lengah terhadap anak-anaknya.

Selama perjalanan mudik, orang tua sebaiknya jangan berikan mainan gadget karena akan mengurangi minat anak untuk mengeksplore apa yang bisa dilihat selama dalam perjalanan. Akan lebih baik jika menyiapkan buku cerita, boneka, atau mainan lainnya yang praktis dan mudah dibawa.

Jika menggunakan kendaraan pribadi maka para orang tua bisa dengan lebih leluasa mengatur waktu istirahat selama dalam perjalanan. Istirahat yang cukup juga akan membuat sekeluarga tetap dalam kondisi bugar, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan dan masih bisa menikmati perjalanan mudik dengan menyenangkan.

Mudik menjadi sarana paling menyenangkan dalam memperkenalkan anak dengan kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia. Kumpul kembali dengan keluarga besar di kampung akan mempererat hubungan kekerabatan, bisa saling belajar, berbagi empati terhadap sanak saudara. Memupuk rasa kasih sayang, membangun komunikasi yang lama terputus karena jarak.

Kembali ke kampung juga menjadi momen tak terlupakan bagi anak-anak, karena mereka belajar berinteraksi secara aktif dengan lingkungan dan warga di kampung. Apalagi jika kampungnya masih bersuasana pedesaan yang hijau dan asri, maka akan semakin menambah wawasan dan kecintaan anak akan Indonesia.

Mudik sesungguhnya dapat menjadi pembelajaran tersendiri yang tidak diperoleh lewat bangku sekolah bagi anak-anak. Pengalaman nyata berinteraksi dengan masyarakat dan melakoni perjalanan yang melelahkan bersama orang-orang tercinta akan menambah pengalaman baru yang mengasyikan.

Tinggal bagaimana peran dari semua pihak agar menjadikan mudik sebagai sarana pembelajaran yang mensejahterakan dan ramah bagi anak. (*)

×Ketua Lembaga Perlindungan Anak GENERASI