Kastara.ID, Sumedang – Pembangunan Waduk Jatigede telah mengubah tatanan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, khususnya yang berada di wilayah pembangunan. Masyarakat yang awalnya bekerja sebagai petani, kini beralih menekuni usaha perikanan. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) memberikan bimbingan teknis dengan menggelar pelatihan budidaya ikan nila dan budidaya maggot bagi pembudidaya ikan Sumedang.

Pelatihan ini diselenggarakan melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Tegal, UPT Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP). Digelar selama 2 hari, yaitu tanggal 31 Agustus-1 September 2020, pelatihan ini diikuti 100 peserta.

Dari lokasi berbeda, Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja mengatakan, pelatihan budidaya nila dipilih karena ikan ini digemari banyak masyarakat. Ikan ini juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik dengan berbagai kondisi lingkungan. Oleh karena itu, nila dapat dibudidaya dengan mudah mulai dari skala budidaya sederhana hingga skala super intensif.

Di masa pandemi Covid-19 ini, KKP juga tengah mendorong pembangunan industri perikanan nasional untuk membantu perekonomian masyarakat. Nila dipilih sebagai salah satu komoditas perikanan budidaya utama mengingat Indonesia merupakan peringkat kedua eksportir ikan nila terbesar di dunia, setelah Tiongkok. Pasarnya juga terbuka luas. Permintaan nila dalam bentuk fillet terus berdatangan dari pasar Amerika Serikat, Uni Eropa, Iran, dan Rusia.

Menurut Sjarief, selain kaya kandungan protein dan omega 3, nila asal Indonesia juga digemari konsumen mancanegara karena dikenal alami dan bebas antibiotik. Di luar negeri, nila bahkan menjadi ikan kedua paling digemari setelah salmon.

Tak hanya di luar negeri, ikan nila ini juga diminati masyarakat lokal. Hal ini terlihat dari peningkatan permintaan dalam negeri dari tahun ke tahun. “Jika kita lihat mulai dari warung makan sampai dengan restoran, ikan nila ini sudah menjadi salah satu menu wajib,” tutur Sjarief.

Adapun Kepala Puslatluh KP, Lilly Aprilya Pregiwati menjelaskan, dua fokus utama pada pelatihan tersebut yaitu pembenihan ikan nila dan pengenalan budidaya maggot sebagai alternatif pakan ikan. Ia berharap di sekitar Waduk Jatigede ini nantinya akan tumbuh usaha-usaha pembenihan ikan nila untuk memenuhi kebutuhan benih masyarakat. “Semoga nantinya kebutuhan benih ikan nila dapat dipenuhi sendiri oleh masyarakat sekitar tanpa harus mendatangkan dari daerah lain,” ujar Lilly.

Dengan pelatihan yang diberikan, ia juga berharap benih yang dihasilkan berkualitas baik, sehat, dan tahan terhadap penyakit, serta cepat dalam pertumbuhannya.

Di samping itu, budidaya maggot dipercaya dapat mengurangi komponen pembiayaan terbesar dalam usaha budidaya. Maggot memiliki kandungan protein yang tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan. Bahkan maggot juga dapat digunakan sebagai pakan ternak lainnya.

“Budidaya maggot ini nantinya juga dapat membantu pengelolaan sampah organik yang dihasilkan masyarakat atau warung-warung yang tersebar di sekitar Waduk Jatigede,” imbuh Lilly.

Lilly menegaskan, pada pelatihan ini, peserta tidak hanya akan diberi dua keterampilan tersebut, melainkan juga hitungan analisis usaha keduanya sehingga dapat menjadi alternatif kegiatan ekonomi masyarakat.

“Walaupun kondisi pandemi saat ini, kami dari Puslatluh KP akan terus membina masyarakat. Kami melibatkan 300 UKM binaan untuk melatih masyarakat yang Alhamdulillah sampai saat ini mereka tetap survive,” tandas Lilly.

Anggota Komisi IV DPR RI Dapil Jawa Barat IX, Sutrisno, memberikan apresiasi atas penyelenggaraan pelatihan ini. Menurutnya, negara saat ini sedang mengalami persoalan pelik. Tidak ada satu orang pun termasuk para ahli yang bisa mengetahui pasti kapan akan berakhirnya pandemi Covid-19. Di sisi lain, jika masyarakat terus diisolasi, perekonomian akan kian ambruk.

Menurut Sutrisno, berdasarkan data statistik, ekspor sektor kelautan dan perikanan pada bulan Juni 2020 mengalami peningkatan 38%, dibanding bulan Mei 2020. Pelatihan-pelatihan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor perikanan menjadi lebih baik lagi.

Sutrisno juga menyebut, pelatihan ini juga disesuaikan dengan aspirasi masyarakat Sumedang. Sebagaian besar menginginkan pembinaan usaha sektor perikanan.

“Banyak pertanyaan bagaimana kami bisa menangkap ikan, bagaimana kami bisa mengolah ikan, bagaimana kami bisa membudidaya ikan. Pelatihan ini merupakan salah satu jawaban luar biasa dari pemerintah,” ucapnya.

Ke depan, di samping pelatihan budidaya, ia berharap juga diselenggarakan pelatihan terkait penangkapan ikan dan pengelolaan wisata di Waduk Jatigede.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang, Subarti menjelaskan, Kabupaten Sumedang memiliki dua fokus wilayah perikanan yaitu Cincin Tampomas dan Minapolitan Jatigede. Wilayah Cincin Tampomas meliputi Sumedang Kota, Cimalaka, Paseh, Buahdua, Tanjungkerta, Cisarua, dan Tanjungsari. Di wilayah ini banyak dikembangkan budidaya ikan konsumsi dan ikan hias. Bahkan pengembangan satu jenis ikan konsumsi yaitu ikan dewa/ikan kancra berhasil mendapat perhatian khusus dari Pusat Riset Perikanan.

Sementara Minapolitan Jatigede meliputi enam kecamatan, yaitu Cisitu, Situraja, Darmaraja, Cibugel, Jatinunggal, dan Jatigede. Komomoditas perikanan budidaya yang dikembangkan di wilayah ini adalah nila, lele, ikan mas, dan gurami.

“Alhamdulillah baik penangkaran maupun pasar sudah semakin berkembang. Pesanan sudah mulai banyak. Mudah-mudahan hasil perikanan Sumedang bisa masuk ke daerah-daerah lain,” harapnya.

Subarti mengimbau agar masyarakat mengikuti pelatihan dengan sebaik-baiknya agar potensi sektor perikanan yang tersedia dapat dioptimalkan.

Pelatihan ini juga membawa angin segar bagi masyarakat di sekitar Waduk Jatigede. Endang Susilawati, asal Desa Banjarsari, Kec. Jatinunggal mengatakan, pelatihan yang diberikan menambah pengetahuannya yang selama ini menjalankan profesi sebagai ibu rumah tangga. Ia berharap melalui pelatihan ini, ke depan terbuka peluang usaha baru sektor perikanan bagi masyarakat di lingkungannya.

Lain lagi dengan Dede Suhada, Pengurus Pemuda Milenial Kimde, Dusun Cipari, Desa Sarimekar, Kec. Jatinunggal. Menurutnya, ia dan kelompok Pemuda Milenial Kimde telah menjalankan usaha pengolahan dan pemasaran ikan mujair.

Ia berharap pelatihan ini dapat menjadi inspirasi baru aktivitas kepemudaan di sektor perikanan. “Mudah-mudahan ini bisa mendongkrak ekonomi dalam situasi pandemi. Mudah-mudahan KKP tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga ada tindak lanjut dari pelatihan ini,” pungkasnya. (wepe)