Olahan Ikan

Kastara.ID, Jakarta – “Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian. Bersusah-susah dahulu, bersenang kemudian.” Peribahasa ini terpatri dan menjadi pendorong Saefudin untuk mengawali bisnisnya dari rumah. Bersama rekannya Redy Ardiansyah, mereka mendirikan CV Sakana Indo Prima yang bergerak di bidang pengolahan ikan.

Keduanya pun memperkerjakan 10 karyawan dan memproduksi olahan ikan sebanyak 1 kwintal perhari. Seiring waktu, mereka menjawab tantangan pasar dengan terus mengembangkan usaha dengan menciptakan produk-produk olahan ikan yang inovatif.

“Tahun 2016 usaha saya sudah memproduksi 4–5 ton per hari yang kemudian bertransformasi menjadi industri pengolahan ikan dan udang skala menengah dengan jumlah karyawan sebanyak 150 orang,” kata Saefudin, saat berbagi cerita dalam webinar “Mencetak Wirausaha Baru Pengolahan Hasil Kelautan dan Perikanan” yang digelar Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Selasa (29/9).

Saefudin mengungkapkan CV Sakana Indo Prima kini sudah memiliki 7 distributor. Selain itu, mereka juga telah bermitra dengan lebih dari 100 agen dan akan terus berkembang dengan jangkauan pasar yang lebih luas.

Saefudin menuturkan bahwa pemilihan olahan ikan sebagai bisnisnya adalah karena lebih disukai oleh masyarakat dibandingkan ikan dalam bentuk utuh. Dengan produk olahan juga, memungkinkan usahanya bisa menjangkau pemasaran lebih luas. Selain itu olahan ikan bisa lebih bervariatif dan inovatif  dengan mengikuti perkembangan serta keinginan konsumen.

“Hal yang pertama harus kita bangun adalah karakter yang berintegritas (amanah, jujur, terbuka atau open minded). Kita kuasai ilmunya sehingga kita tidak terperosok ke dalam hal-hal yang merugikan karena membangun integritas itu penting dalam berniaga,” terangnya.

Selain karakter, Saefudin juga menekankan pentingnya mempertahankan usaha apabila sudah berkembang dengan membina hubungan baik dengan rekan kerja serta dengan mitra. Tak lupa, dia juga fokus kepada faktor yang bisa dikendalikan seperti proses poduksi dan pemasaran.

“Jangan terlalu fokus kepada faktor–faktor yang di luar kendali kita seperti ketetapan rejeki dari Allah maupun pikiran orang lain terhadap kita,” imbuh Saefudin.

Lain halnya Filsa Budi Ambia, founder Peyek Kepiting Kampoeng Timoer dan MR. Crabs – Balikpapan ini mengurai kisah saat memulai usaha dengan modal hanya ratusan ribu rupiah saja. Kini, usaha olahan ikan yang telah dirintis sejak 2013 tersebut berkembang dan berbentuk badan usaha CV Azra Sentosa Jaya.

“Saya memulai usaha dengan uang seratus ribu rupiah pada waktu itu. Karena menurut saya berusaha itu tidak perlu butuh modal besar dan menurut saya satu-satunya menjadi kaya adalah dengan berwirausaha. Berbisnis itu enak karena 9 dari 10 pintu rezeki ada di dalam perniagaan,” tutur Filsa.

Filsa melanjutkan, inspirasi memulai Peyek Kepiting Kampoeng Timur adalah dari nama wilayah tempat dia usaha, yakni Kampung Timur yang dia jadikan brand. Produk unggulan yang dia tonjolkan ialah peyek kepiting dan sekarang dikenal sebagai oleh-oleh khas Balikpapan. Sedangkan MR. Crabs dikembangkan di Jogja dan bukan sebagai oleh-oleh khas namun sebagai snack yang dijual secara nasional.

Dalam menciptakan produk, Filsa mengingatkan pentingnya diferensiasi untuk membedakan produk satu dengan lainnya. “Diferensiasi dapat menciptakan value, dan kemasan adalah salah satu bentuk diferensiasi,” ujar Filsa.

Pengolahan ikan menjadi peluang yang bisa digali guna menghasilkan inovasi produk. Sekretaris Ditjen Peguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Berny A Subki mengungkapkan, KKP mendukung penuh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk berkembang. Tak hanya dari sisi pendampingan, pemerintah juga memberikan kesempatan dari sisi pemodalan.

“Untuk dukungan pemodalan, silakan diakses ke https://bit.ly/aksesmodal_KKP, terbuka untuk siapa saja,” terang Berny.

Selain itu, KKP juga telah melaunching program “Pasar Laut Indonesia”. Program ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas UMKM melalui fasilitasi dan bimbingan teknis dalam peningkatan kualitas SDM, peningkatan nilai tambah produk, peningkatan dan perluasan jangkauan pemasaran, penguatan kelembagaan usaha dan peningkatan akses pembiayaan.

Melalui Pasar Laut Indonesia, KKP melakukan leveling aneka produk UMKM menjadi 3 tingkatan dengan kriteria, identitas dan benefit yang berbeda, yakni produk binaan KKP, produk bagus KKP, dan produk unggulan KKP. Dengan adanya leveling produk diharapkan UMKM meningkatkan kapasitasnya untuk naik level dan mendapat benefit, prioritas dan akses yang lebih baik. (wepe)