Headline

Andai Guru Besar Layani Ilmu Pengetahuan

Oleh: Muhtadin AR

SAYA terkadang membayangkan, seandainya para guru besar studi Islam itu mau sedikit menurunkan ego intelektualnya melayani masyarakat yang haus ilmu agama, mungkin pemahaman keagamaan masyarakat kita tak akan sekering sekarang ini.

Saya terkadang membayangkan, seandainya para guru besar studi Islam ini mau menuangkan samudra keilmuannya secara runut, mendalam, dan dikemas dengan bahasa awam, tanpa ndakik-ndakik menonjolkan catatan kaki, tidak mbulet dengan teori, mungkin masyarakat akan bisa mengambil manfaat darinya.

Saya terkadang membayangkan, seandainya para guru besar studi Islam mau memenuhi kanal-kanal sosmed dengan tulisan-tulisan lugas tanpa takut dibilang tidak ilmiah, tidak akademik, mungkin mata masyarakat akan semakin melek dengan pesan-pesan agama yang luhur.

Terkadang saya juga membayangkan, seandainya para guru besar studi Islam itu mau sedikit berempati kepada masyarakat yang menempatkannya sebagai pemilik ilmu pengetahuan yang otoritatif dan memanggilnya “profesor”, mungkin pemahaman yang berjarak itu bisa lebih didekati, dan hal-hal rumit bisa disederhanakan.

Tapi sayangnya ini hanya bayangan. Ilmu pengetahuan yang mestinya bisa dipancarkan secara luas terhalang oleh pemilik ilmu itu sendiri. Ada ruang tak tercerahkan karena ada tabir yang menutupinya.

Inilah saatnya para pemangku keilmuan yang otoritatif turun gunung. Sapalah masyarakat umum, ajak dan bimbing mereka belajar dengan benar. Jangan biarkan mereka disentuh oleh para penyamun jalan Tuhan. Jangan biarkan telinga publik dijejali oleh narasi-narasi keagamaan yang menyimpang.

Para guru besar studi Islam jangan hanya duduk diam di singgasana akademik yang berjarak dengan realita masyarakat.

Buat mereka paham dengan bahasamu yang lugas, sederhana, dan membumi. Buanglah ego intelektualmu. Jangan paksa mereka memahami makalah, tesis, apalagi disertasi dan laporan penelitian yang rumit.

Tidak perlu takut dikatakan tidak ilmiah, tidak intelektual, ndeso, dan sebagainya. Pandangan keagamaan di masyarakat yang kering harus segera disiram dengan air pengetahuan. Cara beragama yang bengkok diluruskan sesuai sumber-sumber ilmu yang benar.

Untuk apa jadi profesor, jika tidak mau berbagi. Gelar guru besar itu mulia, dan akan lebih mulia jika menjadi lentera yang menuntun masyarakat menapaki jalan kehidupan yang lurus. Itulah hakikat melayani ilmu pengetahuan. (*)

* ASN pada Ditjen Pendidikan Islam

Leave a Comment

Recent Posts

Yuks, merapat ke NASGOR BABE Alfie di Kota Depok

Kastara.Id.Depok - NasGor Kambing, Sapi, Ayam dan NasGor Singapore (seafood),  Tongseng Kambing/Sapi  dan Sop Iga.…

Eko Patrio Layak Jadi Menteri Komunikasi dan Informatika

Kastara.ID, Jakarta - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan mengatakan, Eko Patrio menjadi…

Supian Suri Menyanggupi Mengenai Kesiapannya Menjadi kader Partai Gerindra

Kastara.Id,Depok - Dewan Pimpinan Cabang Gerindra Kota Depok sudah sepakat untuk  membawa satu nama ke…

Partai NasDem Mendukung Imam Budi Hartono Maju Menjadi wali kota Depok

Kastara.Id,Depok - Ketua DPD Partai NasDem Kota Depok memberikan sinyal koalisi jelang pemilihan kepala daerah…

Langkah Pemkot Depok Atasi Banjir di Jalan Bulak Barat Cipayung

Kastara.Id,Depok - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, Jawa Barat melakukan langkah-langkah mengatasi banjir di Jalan Bulak…

MUI Launching Buku Berjudul Wasathiyyah

Kastara.Id,Depok - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok, Jawa Barat melaunching buku  Wasathiyyah yang artinya…