Perry Warjiyo

Kastara.ID, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa nilai tukar Rupiah sepanjang tahun 2019 terapresiasi sebesar 2,68 persen. Hal tersebut tak terlepas dari masuknya aliran modal asing (capital inflow) ke Tanah Air sebesar Rp 224,2 triliun sepanjang tahun lalu.

“Stabilitas eksternal juga terlihat di dalam pergerakan nilai tukar Rupiah yang sepanjang tahun 2019 mengalami apresiasi yang cukup besar, kurang lebih 2,68 persen,” tutur Perry di Jakarta.

Menurut Gubernur BI, kurs Rupiah ditutup menguat pada level Rp 13.880 per dolar AS di penghujung tahun 2019. Hal ini membuat Rupiah menjadi salah satu mata uang yang menguat di Kawasan Asia.

“Ini membuat jadi nilai tukar yang terbaik. Kalau di Asia tentu saja (nilai kurs Rupiah) di bawah Thailand, tapi hampir sama dengan Filipina,” sambungnya.

Masih dari penuturannya, penguatan kurs Rupiah terdorong masuknya dana asing lewat Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 168,6 triliun, portofolio saham sebesar Rp 50 triliun, obligasi korporasi sebesar Rp 3 triliun, serta ke Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar Rp 2,6 triliun.

“Jadi Alhamdulillah kita tutup tahun 2019 dengan capaian suatu stabilitas eksternal yang terjaga dengan aliran modal asing masuk yang cukup besar,” pungkasnya. (mar)