Floating forest dibuat untuk mendukung penghijauan sekaligus mengurangi polusi udara di kawasan waduk.
Kepala Pengawas Waduk Melati, Dede Yahya mengatakan, penghijauan waduk dengan sistem pot apung telah diterapkan sejak enam hari lalu dengan memanfaatkan pipa pipa paralon dan drum bekas tempat bahan bakar minyak.
“Sementara waktu kita buat dua kotak dan rencananya ada lima kotak. Masing-masing kotak ada delapan drum dengan luasan dua meter persegi,” katanya, Rabu (4/10).
Dede menjelaskan, drum-drum ini kemudian diberi tanah yang telah diolah, lalu ditanami pohon pucuk merah dan bambu air. Kedua pohon tersebut sangat kuat meski terkena sinar matahari langsung.
“Kami ikat drum-drum dengan tali ke bagian plat strip supaya tetap berada di tempatnya. Tali tersebut juga menghubungkan pada pipa paralon yang telah dibuat berbentuk persegi,” terangnya.
Ia melanjutkan, setelah selesai diikat, pot-pot apung baru digiring ke tengah waduk. Proses pembuatan satu kotak pot apung melibatkan lima personel dan memakan waktu tiga hari.
“Setiap tiga hari sekali kami siram pot apung secara manual. Petugas ke tengah waduk menggunakan perahu karet,” ucapnya.
Ia berharap, kehadiran floating forest di Waduk Melati akan semakin menghijaukan Jakarta Pusat dan dapat mengurangi polusi udara.
“Semoga upaya ini juga dapat menjadi daya tarik sendiri bagi Waduk Melati,” tandasnya. (hop)
Leave a Comment