Waskita Karya

Kastara.ID, Jakarta – Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan, perusahaan yang dia pimpin terbelit utang Rp 90 triliun dan bunga Rp 4,7 triliun. Tumpukan utang terjadi akibat gagalnya proses penjualan atau divestasi jalan tol.

“Tahun lalu dengan utang yang hampir Rp 90 triliun, kami harus menanggung beban bunga Rp 4,7 triliun. Jadi memang sangat-sangat berat,” ujarnya dalam webinar bertajuk Mengukur Infrastruktur yang digelar Kementerian BUMN (7/4).

Destiawan menuturkan nantinya lima ruas tol yang batal terjual di tahun lalu bakal diakuisisi oleh Indonesia Investment Authority (INA). Di luar itu, Waskita juga menambah empat ruas tol lainnya yang akan didivestasi pada tahun ini.

Penyelesaian divestasi sembilan ruas tol perseroan tersebut dapat melepas utang sekitar Rp 20 triliun dari buku perseroan. “Jadi 2021 INA sudah berfungsi dan kami beberapa luas sudah dibahas untuk diakuisisi oleh INA. Kalau itu terjadi maka ini akan mengurangi beban utang Waskita,” imbuhnya.

Sementara Direktur Keuangan Waskita Karya Taufik Hendra Kusuma mengatakan, penyelesaian masalah utang perseroan bergantung pada tiga hal yakni divestasi, restrukturisasi, dan selesainya pandemi.

“Divestasi tahun ini saja kalau misalnya kita bisa sesuai target, praktis kita bisa merilis dari sisi utang itu mungkin sampai ke sekitar Rp 20 triliun akan lepas efeknya, baik dari pembayaran maupun rekonsolidasi. Belum termasuk profitnya nanti,” tuturnya.

Kemudian, dalam hal restrukturisasi, perusahaan masih terus berupaya untuk bernegosiasi dengan perbankan agar dapat menekan beban bunga utang.

“Mudah-mudahan bisa kami realisasi. Kami mendapatkan fully support dari Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan dalam proses akan support juga. Kemudian juga kreditur dan lender, kami cukup intensif dengan bank sehingga mudah-mudahan ini bisa segera disepakati dana kira bisa lihat efeknya dalam turunnya biaya bunga,” ucapnya.

Sementara terkait pandemi, kata dia, sangat penting untuk dapat segera diatasi karena berpengaruh besar terhadap pendapatan perusahaan. (mar)